BY FERGIE BAWELENG STH
TEMA : MEMBANGUN SAMBIL
BERJAGA-JAGA (NEHEMIA 4:1-23)
Tujuan Dan Sasarannya:
1. Menjelaskan pada jemaat tantangan yang dihadapai nehemia dalam
memimpin bangsa membangun tembok
yerusalem
2. Jemaat mengerti
bagaimana nehemia siap dan selalu sigap dalam melakukan perkerjaan Tuhan
3.
Jemaat belajar bari kepemimpinan nehemia yang selalu siap dan sigap
untuk melayani.
Bapak/ibu
serta saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus kristus…
Salah satu kekuatan dari sebuah
Negara atau komunitas pada era perang di zaman dulu adalah membuat pertahanan
secara fisik untuk membentengi diri dari serangan musuh. Walaupun terlihat
eksklusif tapi itulah strategi yang relevan dengan konteks perang. Mungkin kita
bisa melihat bekas-bekas benteng dari Negara penjajah di tanah air maupun
benteng-benteng kerajaan-kerajaan di Indonesia. Atau yang terkenal di dunia
sampai saat ini adalah tembok Cina yang begitu kokoh. Semua bentuk benteng atau
tembok yang memagari sebuah komunitas atau Negara sangatlah penting dan
menunjukkan kekuatan sebuah Negara atau komunitas. Lemah atau rapunhnya sebuah
benteng akan menunjukkan juga kelemahan sebuah Negara/komunitas. Oleh karena
itu benteng-benteng yang dibangun biasanya terbuat dari batu-batu besar, yang
terpilih, dan dicampur dengan unsure-unsur perekat/penyambung bangunan yang
terpilih pula. Benteng atau tembok itu pun dibangun dengan dasar yang kuat,
bukan dibangun di tanah yang berpasir/berair sehingga mudah runtuh. Dalam
pembangunan benteng-benteng ini ada tantangan yang begitu berat, terutama
tantangan dari musuh di luar. Contohnya ketika pada episode atau masa di mana benteng ingin di
bangun atau bahkan sementara dibangun musuh sudah terlebih dahulu
menghancurkannya. Sesuatu pekerjaan yang menyedihkan dan butuh strategi
pertahanan yang ekstra.
Kenyataan-kenyataan ini bisa membawa kita untuk
mengerti gambaran tembok Yerusalem yang akan dibangun oleh Nehemia dan umat
Israel setelah dari pembuangan.
Tantangan selalu ada dan membayang-bayangi
kehidupan semua umat manusia dari dulu hingga sekarang. Hal ini dialami juga
oleh umat Israel sepanjang sejarah kehidupan mereka. Khususnya pada masa
Nehemia.
Kita tahu bahwa Nehemia adalah seorang nabi yang
dipanggil Tuhan untuk memimpin sebuah tugas pemulihan Yerusalem dan seluruh
umat Israel yang ikut kembali dari pembuangan. Pada masa itu diberitahukan
kepada kita bahwa meskipun sudah hamper satu abad setelah orang Yahudi kembali
dari pembuangan di Babel, mereka tetap hidup sebagai bangsa yang hancur, suatu
keadaan yang dilambangkan dengan keadan tembok Yerusalem Yang hancur. Sebelum
Nehemia kembali ke Yerusalem, ia telah mendengar berita dari beberapa orang
Yahudi bahwa keadaan Yerusalem/Yehuda sangat memprihatinkan. Contohnya ketika
umat ingin membangun kembali tembok yang runtuh, mereka diserang oleh Sanbalat
(raja di Samaria- lih. Ezra 4:8-23) dan Tobia (raja Amon). Juag keadaan umat
yang tidak bersatu, ibadah yang tidak berpusat pada Allah dan krisis-krisis
lain yang dialami bnagsa Israel. Sebagai
seorang Yahudi dan bagian dari uamt Allah, ia merasa sedih (lih.1:1-11,
panggilannya) dan memberikan simpatinya yang dalam untuk umat Israel secara
keseluruhan. Ia menuangkan kesedihan dan keprihatinannya itu dalam doa yang
luar biasa kepada Allah. Ia memohon agar Allah lah yang bertindak dalam
memulihkan keadaan umat di Yerusalem. Akhirnya Allah menjawab doanya, dengan
meluluhkan hati raja Artasasta (raja Persia zaman itu) yang memeberikan izin
dan dukungannya kepada Nehemia untuk kembali ke Yerusalem guna membangun
kembali tembok dan umat Israel yang porak-poranda keadaannya (lih. 2:1-10).
Luluhnya hati Nehemia juga karena kepercayaan raja Artasasta akan kesetiaan
yang telah ditunjukkan Nehemia selama ia menjadi pelayan raja itu.
Nehemia akhirnya resmi ke Yerusalem
dan meninjau keadaan kota serta kemuadian mengajak umat untuk kembali membangun
tembok yang sudah runtuh itu (lih. 2:11-20). Pada periode awal pembangunan ini
ternyata musush-musuh Yehuda masih terus member ancaman maupun tuduhan yang
tidak benar kepada raja Artasasta yang melindungi Nehemia. Nehemia disebu
sebagai orang yang akan memimpin umat Yahudi untuk meberontak terhadp Raja.
Namun nehemia tidak takut dengan ancaman itu karena ia yakin bahwa bukan
Artasasta yang melindunginya tetapi Allah. Pembangunan pun akhirnya dimulai dan sudah
mencapai sebagiannya, seperti yang kit abaca dalam teks hari ini.
Dalam teks ini jelas bahwa ketika
tembok Yerusalem sedang dibangun kembali oleh umat Israel/orang Yahudi yang
kembali dari pembuangan, dengan kepemimpinan dan prakarsa Nehemia, ada
tantangan dari bangsa lain, dan jumlahnya lebih dari satu bangsa (Orang Arab,
Orang Amon, orang Asdod, orang Samaria,t – ay. 7). Secara geografis keempat
daerah/suku bnagsa ini berada mengelilingi Yerusalem. Jadi kita bisa mengerti
bahwa Yerusalem benar-benar dikepung oleh musuh. Di sini juga terlihat Sanbalat
dan rekannya Amon, Tobia (ay.1-5) untuk ketiga kalinnya tampil untuk melawan
umat Israel (bnd.2:10, 19). Awalnya tantangan itu datang secara lisan yaitu
melalui olokkan/ejekkan, yang bertujuan untuk melumpuhkan semangat atau
optimism umat Israel dan Nehemia dalam membangun kembali puing-puing
tembok/kota Yerusalem (lih + baca ay. 1-3). Ejekkan mereka di buahi juga dengan amarah (ay.
7) yang luar biasa sehingga menunjukkan bahwa ada rasa benci dan semnagat untuk
menghancurkan umat Israel dan tembok yang mereka bangun kembali. Kebencian dan
amarah bangsa-bangsa itu dan pemimpin-pemimpinnya berujung pada sebuah
kesepakatan jahat dan keji yaitu mereka akan berperang melawan umat Israel dan
Nehemia serta akan mengacaukan segala yang ada dan sedang dibangun di Yerusalem
(ay. 8). Situasi krisis dan genting seperti ini mempengaruhi mental, semangat
dan keadaan umat yang sedang membangun tembok Yerusalem. Umat merasa takut
(lih.ay. 12-dst), di mana terlihat orang-orang Yahudi berdatangan dari
mana-mana dan melaporkan sudah sepuluh kali ada serangan. Kota dan umat kini
benar-benar menghadapi situasi yang rapuh, dan Nehemia menghadapi kedua problem
ini dengan tepat.
Dalam menghadapi ancaman seperti
ini, seperti halnya kita saat ini yang mungkin menghadapi banyak tantangan,
kemungkinan besar ada rasa gelisah sebagai manusia biasa. Tetapi ada beberapa
hal yang menarik dari pihak umat Israel, terutama Nehemia sebagai pemimpin
mereka. Nehemia, khususnya, sebagai pemimpin yang cukup handal, bijkasana,
berani, semangat dan terutama sebagai pemimpin yang mengandalkan kekuatan penuh
daripada Tuhan, tampil dengan gigih dan strategis mempertahankan optimism
seluruh umat untuk membangun dan bertahan terhadap ancaman musuh. Dari teks ini
kita bisa melihat beberpa citra dan strategis dari nabi Nehemia sebagai
pemimpin yang motorik (memberi semangat, motivasi, serta Doa) , antara lain :
1. Langkah
pertama yang ia lakukan adalah berdoa kepada Allah sebagai sumber kekuatan
utama mereka dalam membangun. Ia tidak sendiri tetapi ia mengajka seluruh umat
yang ada pada saat itu, bahkan pemimpin-pemimpin dan penguasa-penguasa yang
tururt serta dalam pembangunan itu, untuk mengadukan perkara mereka kepada Allah.
(ay. 4-6, 14). Ia menyerukan agar ketakutan umat kepada musuh diganti dengan
hanya Takut akan Tuhan. Seperti halnya dalam pasal 2:20, Nehemia tidak
menanggapi apa yang dikatakan musuh, tetapi sekali lagi ia mengarahkan
perhatiannya kepada Allah. Ia menaggapi kejahatan musuh-musuh itu bukan sebagai
penghinaan terhadap kota (bnd.ay 2-3) tetapi langsung terhadap rakyat (ay,5).
Ia melihat bahwa mempertahankan kota Yerusalem adalah sama dengan membela
umat/bangsanya sendiri.
2. Strategi
yang berikutnya adalah ia membuat seruan kepada seluruh umat, untuk terus
membangun, jangan terprovokasi dengan ejekan dan amarah musuh. Dalam pekerjaan ini juga menginstruksikan rakyat menurut kaum keluarganya untuk bertahan dengan
pedang, tombak dan panah di bagian-bagian yang paling rendah dari tempat itu,
di belakang tembok, di tempat-tempat yang terbuka. Di sini kita melihat bahwa Nehemia
memilih keluarga sebagai salah satu pilihan utama untuk terlibat dalam
mempertahankan keutuhan bnagsa/umat dari serangan musuh. Tanpa kecuali, semua
anggota keluarga terlibat. Ini adalah sebuah kemampuan strategi perang yang
diperlihatkan oleh Nehemia.
3. Setelah
ia memberitahukan bahwa Allah yang berperang bagi mereka, dan hal ini terbukti
dengan kekalahan musuh, ia tidak tinggal diam, tetapi ia tetap mengerahkan
rakyatnya, pasukannya, pemimpin-pemimpin Israel untuk terus berjaga-jaga dengan
pedang, perisai, tombak dll, sambil tidak menghentikan pekerjaan pembangunan
tembok dan kota Yerusalem (14-21). Yang bisa bekerja dengan dua tangan terus
bekerja, yang hanya bekerja dengan satu tangan maka tangan yang lain memegang
pedang. Hal ini ditambah juga dengan penjagaan yang ekstra dari pasukan-pasukan
Israel yang terpilih.
4. Hal
lain yang sangat menarik dari peristiwa ini adalah ketika Nehemia sebagai sosok
pemimpin, ia tidak hanya menginstruksikan rakyat atau anak buahnya untuk
berjaga-jaga, tetapi ia sendiri juga berjaga-jaga dengan pedang sampai tidak
sempat menanggalkan pakaiannya sebagaimana halnya dengan anak buahnya (ay. 23.).
ini menunjukkan pemimpin yang rendah hati dan siap berkorban demi keutuhan umat
atau rakyatnya.
5. Akhirnya
dapat kita melihat juga bahwa optimisme dan keberanian Nehemia untuk mengadukan
perkara ini kepada Allah didukung oleh pengetahuan dan keyakinannya terhadap
umat, di mana ada kesatuan dan kesungguhan hati mereka untuk membangun kembali
Yerusalem (ay. 6)
APLIKASI
Dari kisah ini kita banyak belajar dalam menghadapi
situasi pelayanan dan pemgembangan nya di berbagai dimensi, terutama dalam
menghadapi berbagai ancaman yang kemungkinan besar bisa melumpuhkan semangat
kita. Secara umum gereja di mana-mana
menghadapi tantangan yang berat, terutama dari pihak-pihak yang tidak mampu
menerima kehadiran gereja. Anacaman itu bisa secara fisik tetapi juga bisa melalui
pelumpuhan mental, terutama iman kepercayaan kita kepada Allah. Mungkin mereka
mengolok-olok/mengejek kita, marah dengan apa yang kita buat dalam pelayanan,
apalagi pelayanan yang sedang berkembang. Saya merasa bahwa tantangan itu
selalu membayang-bayangi pelayanan kita. Oleh karena itu setiap saat dan
situasi apa pun kita harus berjaga-jaga, apalagi dalam membangun pelayanan di
gereja kita. Cara kita berjaga-jaga mungkin tidak dengan pedang atau tombak,
tetapi dengan DOA. Doa yang kita lakukan bukan hanya 1 atau 2 orang jemaat,
tetapi oleh seluruh jemaat, tanpa kecuali. Bahkan anak-anak kita pun harus
diajarkan untuk mendoakan gereja dan pelayanannya. Seperti yang dibuat Nehemia,
ia yang menyerukan tetapi ia juga yang tetap terlibat. Oleh karena itu sebagai
pemimpin tetaplah semangat, sigap dan siap selalu menjadi motivator serta
penyemangat umat dalam pelayanan. Sebalaiknya umat pun harus siap dan sigap
dalam mendengar seruan dan ajakan pemimpinnya untuk bersama-sama melayani,
terutama mempertahankan keutuhan dan kekohan gereja ini. Kita juga harus
belajar untuk siap menyatukan satu visi pelayanan dengan kesungguhan hati
secara bersama-sama, bukan dilakukan aleh satu atau dua orang, atau hanya
pemimpin dan beberapa kelompok umat. Seperti yang dikatakan Nehemia dalam
pengaduannya kepada Allah, bahwa ia melihat mereka yang sedang bersama-sama
membangun puing-puing kota dan tembok yang runtuh itu memiliki kesungguhan
hati. Disana disebut kata mereka,
yang berarti semua bangsa. Strategi lain yang dipakai Nehemia adalah mengajak
setiap kaum atau keluarga secara keseluruhan dalam menghadapi musuh dan
pembanguna kota. Oleh karena itu hal ini baik untuk kita kembangkan dalam
pelayana. Di mana keterlibatan semua keluarga, semua anggota keluarga, baik
orang tua maupun anak diharapkan untuk mendukung pelayanan gereja, sesuai
dengan bidang dan talenta yang diebrikn Tuhan. AMIN
artikel renungan khotbah kristen terbaru terlengkap hari iniAmsal tafsiran
artikel renungan khotbah kristen terbaru terlengkap hari iniAmsal tafsiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar