Selasa, 12 Maret 2019

Nehemia 4:1-23 Membangun Sambil Berjaga-jaga


BY FERGIE BAWELENG STH
TEMA : MEMBANGUN SAMBIL BERJAGA-JAGA (NEHEMIA 4:1-23)
Tujuan Dan Sasarannya:
1. Menjelaskan pada jemaat tantangan yang dihadapai nehemia dalam memimpin bangsa   membangun tembok yerusalem
2. Jemaat mengerti bagaimana nehemia siap dan selalu sigap dalam melakukan perkerjaan Tuhan
3.  Jemaat belajar bari kepemimpinan nehemia yang selalu siap dan sigap untuk melayani.

Bapak/ibu serta saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus kristus…
            Salah satu kekuatan dari sebuah Negara atau komunitas pada era perang di zaman dulu adalah membuat pertahanan secara fisik untuk membentengi diri dari serangan musuh. Walaupun terlihat eksklusif tapi itulah strategi yang relevan dengan konteks perang. Mungkin kita bisa melihat bekas-bekas benteng dari Negara penjajah di tanah air maupun benteng-benteng kerajaan-kerajaan di Indonesia. Atau yang terkenal di dunia sampai saat ini adalah tembok Cina yang begitu kokoh. Semua bentuk benteng atau tembok yang memagari sebuah komunitas atau Negara sangatlah penting dan menunjukkan kekuatan sebuah Negara atau komunitas. Lemah atau rapunhnya sebuah benteng akan menunjukkan juga kelemahan sebuah Negara/komunitas. Oleh karena itu benteng-benteng yang dibangun biasanya terbuat dari batu-batu besar, yang terpilih, dan dicampur dengan unsure-unsur perekat/penyambung bangunan yang terpilih pula. Benteng atau tembok itu pun dibangun dengan dasar yang kuat, bukan dibangun di tanah yang berpasir/berair sehingga mudah runtuh. Dalam pembangunan benteng-benteng ini ada tantangan yang begitu berat, terutama tantangan dari musuh di luar. Contohnya ketika pada  episode atau masa di mana benteng ingin di bangun atau bahkan sementara dibangun musuh sudah terlebih dahulu menghancurkannya. Sesuatu pekerjaan yang menyedihkan dan butuh strategi pertahanan yang ekstra.
Kenyataan-kenyataan ini bisa membawa kita untuk mengerti gambaran tembok Yerusalem yang akan dibangun oleh Nehemia dan umat Israel setelah dari pembuangan.
            Tantangan selalu ada dan membayang-bayangi kehidupan semua umat manusia dari dulu hingga sekarang. Hal ini dialami juga oleh umat Israel sepanjang sejarah kehidupan mereka. Khususnya pada masa Nehemia.
Kita tahu bahwa Nehemia adalah seorang nabi yang dipanggil Tuhan untuk memimpin sebuah tugas pemulihan Yerusalem dan seluruh umat Israel yang ikut kembali dari pembuangan. Pada masa itu diberitahukan kepada kita bahwa meskipun sudah hamper satu abad setelah orang Yahudi kembali dari pembuangan di Babel, mereka tetap hidup sebagai bangsa yang hancur, suatu keadaan yang dilambangkan dengan keadan tembok Yerusalem Yang hancur. Sebelum Nehemia kembali ke Yerusalem, ia telah mendengar berita dari beberapa orang Yahudi bahwa keadaan Yerusalem/Yehuda sangat memprihatinkan. Contohnya ketika umat ingin membangun kembali tembok yang runtuh, mereka diserang oleh Sanbalat (raja di Samaria- lih. Ezra 4:8-23) dan Tobia (raja Amon). Juag keadaan umat yang tidak bersatu, ibadah yang tidak berpusat pada Allah dan krisis-krisis lain yang dialami bnagsa Israel.  Sebagai seorang Yahudi dan bagian dari uamt Allah, ia merasa sedih (lih.1:1-11, panggilannya) dan memberikan simpatinya yang dalam untuk umat Israel secara keseluruhan. Ia menuangkan kesedihan dan keprihatinannya itu dalam doa yang luar biasa kepada Allah. Ia memohon agar Allah lah yang bertindak dalam memulihkan keadaan umat di Yerusalem. Akhirnya Allah menjawab doanya, dengan meluluhkan hati raja Artasasta (raja Persia zaman itu) yang memeberikan izin dan dukungannya kepada Nehemia untuk kembali ke Yerusalem guna membangun kembali tembok dan umat Israel yang porak-poranda keadaannya (lih. 2:1-10). Luluhnya hati Nehemia juga karena kepercayaan raja Artasasta akan kesetiaan yang telah ditunjukkan Nehemia selama ia menjadi pelayan raja itu.  
            Nehemia akhirnya resmi ke Yerusalem dan meninjau keadaan kota serta kemuadian mengajak umat untuk kembali membangun tembok yang sudah runtuh itu (lih. 2:11-20). Pada periode awal pembangunan ini ternyata musush-musuh Yehuda masih terus member ancaman maupun tuduhan yang tidak benar kepada raja Artasasta yang melindungi Nehemia. Nehemia disebu sebagai orang yang akan memimpin umat Yahudi untuk meberontak terhadp Raja. Namun nehemia tidak takut dengan ancaman itu karena ia yakin bahwa bukan Artasasta yang melindunginya tetapi Allah.  Pembangunan pun akhirnya dimulai dan sudah mencapai sebagiannya, seperti yang kit abaca dalam teks hari ini.
            Dalam teks ini jelas bahwa ketika tembok Yerusalem sedang dibangun kembali oleh umat Israel/orang Yahudi yang kembali dari pembuangan, dengan kepemimpinan dan prakarsa Nehemia, ada tantangan dari bangsa lain, dan jumlahnya lebih dari satu bangsa (Orang Arab, Orang Amon, orang Asdod, orang Samaria,t – ay. 7). Secara geografis keempat daerah/suku bnagsa ini berada mengelilingi Yerusalem. Jadi kita bisa mengerti bahwa Yerusalem benar-benar dikepung oleh musuh. Di sini juga terlihat Sanbalat dan rekannya Amon, Tobia (ay.1-5) untuk ketiga kalinnya tampil untuk melawan umat Israel (bnd.2:10, 19). Awalnya tantangan itu datang secara lisan yaitu melalui olokkan/ejekkan, yang bertujuan untuk melumpuhkan semangat atau optimism umat Israel dan Nehemia dalam membangun kembali puing-puing tembok/kota Yerusalem (lih + baca ay. 1-3).  Ejekkan mereka di buahi juga dengan amarah (ay. 7) yang luar biasa sehingga menunjukkan bahwa ada rasa benci dan semnagat untuk menghancurkan umat Israel dan tembok yang mereka bangun kembali. Kebencian dan amarah bangsa-bangsa itu dan pemimpin-pemimpinnya berujung pada sebuah kesepakatan jahat dan keji yaitu mereka akan berperang melawan umat Israel dan Nehemia serta akan mengacaukan segala yang ada dan sedang dibangun di Yerusalem (ay. 8). Situasi krisis dan genting seperti ini mempengaruhi mental, semangat dan keadaan umat yang sedang membangun tembok Yerusalem. Umat merasa takut (lih.ay. 12-dst), di mana terlihat orang-orang Yahudi berdatangan dari mana-mana dan melaporkan sudah sepuluh kali ada serangan. Kota dan umat kini benar-benar menghadapi situasi yang rapuh, dan Nehemia menghadapi kedua problem ini dengan tepat.
            Dalam menghadapi ancaman seperti ini, seperti halnya kita saat ini yang mungkin menghadapi banyak tantangan, kemungkinan besar ada rasa gelisah sebagai manusia biasa. Tetapi ada beberapa hal yang menarik dari pihak umat Israel, terutama Nehemia sebagai pemimpin mereka. Nehemia, khususnya, sebagai pemimpin yang cukup handal, bijkasana, berani, semangat dan terutama sebagai pemimpin yang mengandalkan kekuatan penuh daripada Tuhan, tampil dengan gigih dan strategis mempertahankan optimism seluruh umat untuk membangun dan bertahan terhadap ancaman musuh. Dari teks ini kita bisa melihat beberpa citra dan strategis dari nabi Nehemia sebagai pemimpin yang motorik (memberi semangat, motivasi, serta Doa) , antara lain :

1.      Langkah pertama yang ia lakukan adalah berdoa kepada Allah sebagai sumber kekuatan utama mereka dalam membangun. Ia tidak sendiri tetapi ia mengajka seluruh umat yang ada pada saat itu, bahkan pemimpin-pemimpin dan penguasa-penguasa yang tururt serta dalam pembangunan itu,  untuk mengadukan perkara mereka kepada Allah. (ay. 4-6, 14). Ia menyerukan agar ketakutan umat kepada musuh diganti dengan hanya Takut akan Tuhan. Seperti halnya dalam pasal 2:20, Nehemia tidak menanggapi apa yang dikatakan musuh, tetapi sekali lagi ia mengarahkan perhatiannya kepada Allah. Ia menaggapi kejahatan musuh-musuh itu bukan sebagai penghinaan terhadap kota (bnd.ay 2-3) tetapi langsung terhadap rakyat (ay,5). Ia melihat bahwa mempertahankan kota Yerusalem adalah sama dengan membela umat/bangsanya sendiri.
2.      Strategi yang berikutnya adalah ia membuat seruan kepada seluruh umat, untuk terus membangun, jangan terprovokasi dengan ejekan dan amarah musuh.  Dalam pekerjaan ini juga menginstruksikan rakyat menurut kaum keluarganya untuk bertahan dengan pedang, tombak dan panah di bagian-bagian yang paling rendah dari tempat itu, di belakang tembok, di tempat-tempat yang terbuka. Di sini kita melihat bahwa Nehemia memilih keluarga sebagai salah satu pilihan utama untuk terlibat dalam mempertahankan keutuhan bnagsa/umat dari serangan musuh. Tanpa kecuali, semua anggota keluarga terlibat. Ini adalah sebuah kemampuan strategi perang yang diperlihatkan oleh Nehemia.
3.      Setelah ia memberitahukan bahwa Allah yang berperang bagi mereka, dan hal ini terbukti dengan kekalahan musuh, ia tidak tinggal diam, tetapi ia tetap mengerahkan rakyatnya, pasukannya, pemimpin-pemimpin Israel untuk terus berjaga-jaga dengan pedang, perisai, tombak dll, sambil tidak menghentikan pekerjaan pembangunan tembok dan kota Yerusalem (14-21). Yang bisa bekerja dengan dua tangan terus bekerja, yang hanya bekerja dengan satu tangan maka tangan yang lain memegang pedang. Hal ini ditambah juga dengan penjagaan yang ekstra dari pasukan-pasukan Israel yang terpilih.
4.      Hal lain yang sangat menarik dari peristiwa ini adalah ketika Nehemia sebagai sosok pemimpin, ia tidak hanya menginstruksikan rakyat atau anak buahnya untuk berjaga-jaga, tetapi ia sendiri juga berjaga-jaga dengan pedang sampai tidak sempat menanggalkan pakaiannya sebagaimana halnya dengan anak buahnya (ay. 23.). ini menunjukkan pemimpin yang rendah hati dan siap berkorban demi keutuhan umat atau rakyatnya.
5.      Akhirnya dapat kita melihat juga bahwa optimisme dan keberanian Nehemia untuk mengadukan perkara ini kepada Allah didukung oleh pengetahuan dan keyakinannya terhadap umat, di mana ada kesatuan dan kesungguhan hati mereka untuk membangun kembali Yerusalem (ay. 6)
APLIKASI
Dari kisah ini kita banyak belajar dalam menghadapi situasi pelayanan dan pemgembangan nya di berbagai dimensi, terutama dalam menghadapi berbagai ancaman yang kemungkinan besar bisa melumpuhkan semangat kita.  Secara umum gereja di mana-mana menghadapi tantangan yang berat, terutama dari pihak-pihak yang tidak mampu menerima kehadiran gereja. Anacaman itu bisa secara fisik tetapi juga bisa melalui pelumpuhan mental, terutama iman kepercayaan kita kepada Allah. Mungkin mereka mengolok-olok/mengejek kita, marah dengan apa yang kita buat dalam pelayanan, apalagi pelayanan yang sedang berkembang. Saya merasa bahwa tantangan itu selalu membayang-bayangi pelayanan kita. Oleh karena itu setiap saat dan situasi apa pun kita harus berjaga-jaga, apalagi dalam membangun pelayanan di gereja kita. Cara kita berjaga-jaga mungkin tidak dengan pedang atau tombak, tetapi dengan DOA. Doa yang kita lakukan bukan hanya 1 atau 2 orang jemaat, tetapi oleh seluruh jemaat, tanpa kecuali. Bahkan anak-anak kita pun harus diajarkan untuk mendoakan gereja dan pelayanannya. Seperti yang dibuat Nehemia, ia yang menyerukan tetapi ia juga yang tetap terlibat. Oleh karena itu sebagai pemimpin tetaplah semangat, sigap dan siap selalu menjadi motivator serta penyemangat umat dalam pelayanan. Sebalaiknya umat pun harus siap dan sigap dalam mendengar seruan dan ajakan pemimpinnya untuk bersama-sama melayani, terutama mempertahankan keutuhan dan kekohan gereja ini. Kita juga harus belajar untuk siap menyatukan satu visi pelayanan dengan kesungguhan hati secara bersama-sama, bukan dilakukan aleh satu atau dua orang, atau hanya pemimpin dan beberapa kelompok umat. Seperti yang dikatakan Nehemia dalam pengaduannya kepada Allah, bahwa ia melihat mereka yang sedang bersama-sama membangun puing-puing kota dan tembok yang runtuh itu memiliki kesungguhan hati. Disana disebut kata mereka, yang berarti semua bangsa. Strategi lain yang dipakai Nehemia adalah mengajak setiap kaum atau keluarga secara keseluruhan dalam menghadapi musuh dan pembanguna kota. Oleh karena itu hal ini baik untuk kita kembangkan dalam pelayana. Di mana keterlibatan semua keluarga, semua anggota keluarga, baik orang tua maupun anak diharapkan untuk mendukung pelayanan gereja, sesuai dengan bidang dan talenta yang diebrikn Tuhan. AMIN
artikel renungan khotbah kristen terbaru terlengkap hari iniAmsal tafsiran 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar