By Fergie Lourency Baweleng (050538)
“Matius 22 : 1 – 14”
“PERUMPAMAAN TENTANG
PERJAMUAN KAWIN”
Pendahuluan
Yesus kembali berbicara
hal Kerajaan (Sorga) dalam bentuk perumpamaan pada pasal 22:1-14 (perjamuan
kawin); di mana sebelumnya Ia juga menjelaskan tentang hal Kerajaan (Allah)
dalam pasal 21 (lih.ayat 43). Perumpamaan ini menarik karena terdapat juga
dalam Lukas 14:15-24 dan Injil Thomas - 64. Khususnya Matius menuliskan bahwa
‘banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih’. Menjadi sebuah ungkapan
yang sulit tapi tetap menarik untuk dipelajari melalui paper ini.
Relasi
Intratektual
Dalam Perjanjian Baru, perumpamaan tentang
Perjamuan Kawin ini (Matius 22:1-14) terdapat juga dalam Lukas 14:15-24. Secara
umum perumpamaan perjamuan kawin dalam Matius dan Lukas memiliki kesamaan dalam
struktur komposisi. Yaitu ada pembukaan perumpamaan, narasi perumpamaan dan
juga penjelasan perumpamaan. Perbedaannya, pembukaan perumpamaan ini dalam Lukas
sebenarnya diawali dengan dialog yang
sudah ada pada ayat-ayat sebelumnya yaitu tentang siapa yang di-undang (
dituliskan Lukas secara eksplisit). Sedangkan dalam Matius perumpamaan baru
dimulai pada 22:1. Juga dalam Matius terlihat jelas e Basilea ton uranon
sebagai inti perumpamaan diletakkan Matius pada pembukaan perumpamaan. Di dalam
Lukas frasa ini tidak muncul (hanya muncul frasa basilea tu Theo). Dalam
relasi intratekstual ini nampak ada relasi tematis (Yesus masih berbicara
tentang perumpamaan – khusus ‘e basilea tou Theo) dan
kronologi (Matius 22:1 dan 21:46. Ini
ditandai dengan frasa kai). Kemudian dalam 22:14 dan 22:15
nampak juga ada relasi kronologi – ditandai dengan frasa tote pada 22:15.
Desain Literer
Perumpamaan perjamuan kawin dapat di bagi
menjadi tiga bagian yaitu :
(i) 22 :
1 Pembukaan perumpamaan
(ii) 22
: 2-13 Narasi perumpamaan
(iii) 22 : 14 Penjelasan tujuan perumpamaan
Bagian pertama berisi tentang perkataan Yesus
melalui perumpamaan yang disampaikan kepada imam-imam kepala dan orang-orang
Farisi (21:45). Pada bagian ini mau menekankan aspek-aspek tertentu untuk
mendorong pendengarnya untuk bisa mengetahui hal kerajaan Allah.
Pada bagian kedua menceritakan raja yang
mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh
raja, yaitu mengundang orang-orang, menyuruh membinasakan pembunuh-pembunuh,
mengundang orang di persimpangan jalan dan mengusir orang yang tidak berpakaian
pesta. Pada segmen ini terdapat kesejajaran teks (22:3-10), yaitu
A Karakter: Raja
B Perintah:
mengundang orang-orang
C Respon:
tidak datang
A Karakter: Raja
B Perintah:
mengundang orang-orang di persimpangan jalan
C Respon:
datang
Jika kita melihat kesejajaran teks di atas,
maka faktor raja tidak berubah. Melalui hal ini dapat dikatakan bahwa yang
menjadi fokus adalah raja.
Bagian ketiga ini merupakan penjelasan
mengenai perumpamaan. Pada ayat 14 ada perubahan suasana yaitu suasana
perumpamaan perjamuan kawin berganti menjadi suasana banyak yang dipanggil
tetapi sedikit yang terpilih. Artinya perubahan suasana disini langsung
menunjuk pada siapa yang dipilih dan siapa yang tidak dipilih.
Latar (Setting)
Perumpamaan ini disampaikan di Bait Allah
(21:23) di Yerusalem. Yang menjadi pendengarnya waktu itu adalah imam-imam
kepala dan orang-orang Farisi (22:45). Perumpamaan yang mirip dengan
perumpamaan ini terdapat dalam Iinjil Lukas 14:15-24. Pada perumpamaan di dalam
Matius 22:1-14, Yesus menyampaikannya secara lisan di Bait Allah (21:23) kepada
imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Sedangkan di dalam Lukas 14:15-24,
Yesus menyampaikan perumpamaan ini di rumah salah seorang pemimpin orang-orang
Farisi (Luk 14:1). Menurut Keneer dalam perumpamaan ini unsur budaya yang
berkembang yaitu suami harus menghormati istrinya dan bagaimana wanita-wanita
harus hidup dalam komunitas bersama. Namun Josephus memandang bahwa
wanita-wanita sebagai inferior di dalam karakter moral sehingga hukum
menentukan otoritas suami dan istri harus tunduk pada suami demi kebaikan.
Sehingga dengan pemikiran ini Josephus percaya bahwa Allah menghukum Adam dan
Herodes karena mereka bersikap lemah dalam memperhatikan istri mereka. Ada juga
kultur klasik Atenian mengenai pingitan terhadap wanita-wanita kepada lapisan
yang domestik meskipun hal ini tidak pernah terealisasi secara penuh, hal ini
bermaksud untuk mempertahankan kesetian seorang istri artinya sedikit membatasi
(22–24, lih. Dictionary).
Latar dalam perumpamaan meliputi raja,
hamba-hamba (7-8), orang yang di undang yang terdiri dari undangan pertama
(4-5), undang yang kedua (9-10). Dan ada yang datang dengan tidak berpakaian
pesta (11). Pada perumpamaan ini menurut Keener, kemarahan raja kepada tamu yang
datang yang tidak berpakaian pesta (ayat 11) beralasan karena tradisi Palestina
pada waktu itu ketika pesta diadakan raja sudah menyediakan pesta pakaian yang
harus dipakai di depan pintu ruangan pelaksanaan untuk menghormati pesta yang
diadakan oleh raja. Jadi ketika raja menyuruh untuk mencampakkan seorang yang
tidak berpakaian pesta bukan karena ia miskin, tapi karena ia tidak mengenakan
pakaian pesta yang sudah disiapkan. Itu artinya ia tidak menghormati perjamuan
kawin tersebut. Istilah “perjamuan”
disini mengacu kepada makanan. Dalam perumpamaan ini raja harus mengundang para
tamu lain yaitu para undangan yang kedua dengan rendah hati. Pada perumpamaan
ini menurut Jeremias raja di sini memperkenalkan prinsip berbuat baik dan juga
raja memberi penekanan bahwa perlunya pertobatan agar tidak mendapat
penghukuman yang menyangkut penghancuran kota Yerusalem.
Pada perumpmaan ini “perampasan” (22:6) digunakan juga dalam Yohanes 14:3 yang
menyangkut apa yang ingin penguasa
lakukan terhadap Yesus (21:46) yaitu kekerasan. Ini sama halnya bagaimana tamu
yang diundang melakukan perlawanan terhadap raja, yaitu tidak menghormati (ayat
7) sehingga ada yang mengira bahwa seorang raja akan terlibat dalam suatu
ekspedisi militer. Makanan yang sudah menjadi dingin dan tidak ada yang mau
datang membuat kemarahan bagi raja. Di dalam perumpamaan-perumpamaan yang
berkenaan dengan ajaran nabi kiasan-kiasan miiter paling sering melukiskan
Allah seperti raja dan militer.
Karakter dan pokok ajaran
~ Raja (2, 7, 11, 13)
Ayat
2 =
Mengadakan perjamuan kawin
Ayat
7 = Raja murka dan menyuruh pasukannya
untuk membinasakan pembunuh-pembunuh.
Ayat
11 = Raja bertemu dengan para tamu dan
melihat seorang yang tidak berpakaian pesta
Ayat
13 = Menyuruh hambanya untuk mengikat kaki
dan tangannya dan mencampakkannya.
~ Hamba (3, 4, 6, 8, 10, 13)
Ayat
3 =
Memanggil hamba-hamba ke perjamuan kawin
Ayat
4 =
Memberitahukan kepada hamba-hamba bahwa semua telah tersedia
Ayat
6 =
Mereka menyiksa dan membunuh
Ayat
8 =
Perjamuan kawin telah tersedia
Ayat 10
= Menghadiri perjamuan kawin
Ayat 13
= Mencapakkan orang yang tidak
berpakaian
~ Orang yang di undang (5)
Ayat
5 =
Menghiraukan dan terus bekerja
~ Orang yang tidak berpakaian pesta (12)
Ayat 12
= Berbicara kepada orang tidak
berpakaian pesta
Beberapa
pandangan tokoh mengenai perumpamaan Matius 22:1-14 :
- Hugner
Dalam
perumpamaan ini Hugner memfokuskan perumpamaan ini dengan melihat pada
penolakan orang yang diundang (baik yang datang ke pesta atupun orang yang
menolak untuk datang kepesta). Dalam perumpamaan ini yang mengalami penolakan
undangan yaitu para pemimpin-pemimpin Israel atau tidak hanya orang-orang
Isarel tetapi juga orang-orang bukan
Israel.
- Bruner
Bruner dalam perumpamaan ini
ia menafsirkan ada 2 hal yaitu :
1.
Kepada tamu-tamu atau orang-orang yang diundang namun
menolak undangan raja, yang kemudian kotanya dibakar itu di gambarkan sebagai
penghakiman akhir sejarah awal kegagalan Israel.
2.
Dan juga menekankan pada orang yang tidak
mengenakan pakaian pesta yang digambarkan sebagai penghakiman sejarah akhir
dari gereja.
- Keener
Perumpamaan ini menunjukkan tanda
atau bukti adanya janji tentang era Mesianis; dan dalam naratif Injil, Yesus
akhirnya siap unveil identitas-Nya di minggu terakhir hidup-Nya. Keener
berfokus pada para undangan dan melihat penolakan orang-orang yang diundangan
Raja untuk datang ke pesta dan itu membuat hati Raja sedih dengan tujuan mereka
untuk menghina Raja. Mengatahui hal itu
Raja menjadi marah karena mereka yang diundang tidak mau datang sehingga Raja
murka dan memutuskan untuk menghukum semua mereka yang telah menolak undangan
Raja. Keener juga mengatakan bahwa hal ini seharusnya ada dalam hidup hamba
Tuhan yang memiliki rendah hati bukan kesombongan.dan baik jika ada sikap
rendah hati dalam kerejaan dengan melihat pelayanan dari Yesus.
- Davies Elison
Davies
berfokus pada orang tidak mengenakan pakaian pesta artinya yaitu secara
keseluruhan dalam kehidupan bergereja
akan terjadi suatu penghakiman dari Tuhan dan keberadaan gereja secara
universal dimana Tuhan dan penghakiman
yang diadakan tidak untuk semua tetapi hanyalah untuk orang yang dipilih saja.
- Hultgren
Perumpamaan ini merupakan
perumpamaan tentang kerajaan. Perumpamaan ini mengilustrasikan dua hal yaitu
penghakiman dan anugerah. Walaupun diilustrasikan secara alegoris namun
pesannya adalah Allah ingin agar orang percaya ada dalam persekutuan dengan-Nya
hingga kekal.
- Blomberg
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Allah
mengundang orang banyak yang berbeda, di mana ada yang menolak-Nya dan ada yang
menerima-Nya. Konsekwensinya akan diterima pada penghakiman terakhir. Dalam hal
lain Matius secara konsisten menuliskan seting Bait Allah sebagai tempat
pengajaran Yesus di minggu terakhir hidup-Nya.
- Jeremias
Perumpamaan ini membawa pesan
eskatologis dalam karakter; tapi bukan alegoris; perumpamaan ini terdapat
perhatian pada penghakiman terakhir dalam Kerajaan Allah. Dan penghakiman ini
belum terjadi, sehingga pesan ini ditegaskan kembali kepada orang percaya. Karena
yang tidak percaya tidak mungkin tau dan melihat kerajaan Allah. Atau era
Mesias dan Mesias tidak mungkin mereka kenal. Sebab era Mesias dan Mesias hanya
bisa dilihat dengan mata iman.
Konsep Teologi
Dalam
perumpamaan tentangan perjamuan kawin ada beberapa karakter
yang dapat kita lihat seperti yang telah di uraiakan diatas. Ini merupakan tuntutan untuk kita untuk
melakukan sesuatu hal untuk berbuat baik (bermurah hati dan tegas). Dengan
mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Ada beberapa pelajaran dari perumpamaan itu boleh kita ambil yaitu :
1.
Dari keluwesan dan kekejaman tuan, kita
mempelajari bahwa Allah dengan murah
hati dan secara konsisten mengundang bermacam-macam orang ke dalam
kerajaannya tetapi bahwa satu hari akan datang ketika undangan
itu dibatalkan dan itu sudah terlambat untuk menanggapi.
2. Dari alasan dari pertama
kelompok para tamu mengait prinsip bahwa semua alasan untuk undangan penolakan Allah.
3. Dari ketakberdayaan dari
yang kedua kelompok para tamu mengikuti pengajaran bahwa kemurahan hati Allah tidak
dirintangi oleh penolakan
"penetapan," karena ia meluas undangannya bahkan kepada yang
disingkirkan dari dunia ini.
Dengan demikian kita sebagai umat Tuhan haruslah tetap setia dalam
mematuhi perintah Tuhan, tetap teguh dalam panggilan kita.
Efek Perumpamaan
Efek
perumpamaan ini terdiri dari :
1. Pendengar pertama :
Pendengar pertama
perumpamaan perjamuan kawin ini adalah orang-orang Farisi, imam-imam kepala,
tua-tua Yahudi (21:45;21:23;21:15), orang banyak (21:46), dan secara implicit
murid-murid juga kemungkinan mendengar perumpamaan ini (lih. 21:1 –murid-murid
masih bersama Yesus). Namun di sini Matius secara eksplisit hanya menunjukkan
reaksi dari orang-orang Farisi yaitu pada 22:15-16. Yaitu mereka pergi,
berunding untuk membunuh Yesus, serta menyuruh murid-murid mereka untuk
mencobai Yesus dengan pertanyaan tentang hal membayar pajak kepada Kaisar.
2. Pembaca Pertama :
Pembaca pertama adalah
jemaat-jemaat asuhan Matius. Mereka kemungkinan masih berada dalam situasi
ketegangan antara Kristen dan Yahudi, terutama mengenai masalah pemahaman iman
kepada Kristus (masalah teologis). Ini terjadi pada masa kehancuran Yerusalem
tahun 70 M (Craig S.Keener….buat catatan kaki e) Dalam situasi ini Matius tidak
ragu untuk menyatakan bahwa dari sekian banyak jemaat atau orang yang
dipanggil, tidak semuanya dipilih oleh-Nya. Ini adalah sebuah tantangan tetapi
juga sekaligus penghiburan kepada mereka yang tetap teguh berpegang kepada
perintah-perintah Allah, terutama tetap menumbuhkan iman mereka kepada Kristus.
3. Pembaca Kontemporer :
Bagi pembaca
kontemporer, hal Kerajaan Allah seringkali dipahami tanpa kesungguhan, karena
situasi dunia saat ini yang penuh dengan konflik dan krisis. Orang sekarang
mulai, bahkan sudah melupakan undangan Allah. Atau sudah datang kepada Allah
tapi sebagai formalitas semata. Sehingga konsekwensi yang diterima adalah ia
tidak dipilih. Contoh praktis, ketika ada begitu banyak masalah, orang
berbondong-bondong datang kepada Allah (dengan alasan dipanggil Allah) dengan
tujuan kepentingan. Tidak dengan
ketulusan datang untuk menyembah dan bersekutu dengan Allah. Mereka tidak
mengenakan gaun pesta sehingga dikenal oleh Tuan pesta. Sehingga akhirnya
mereka dicampakkan. Oleh karena itu datanglah kepada Allah atas undangan-Nya,
tetapi jangan lupa mengenakan Firman-Nya sebagai tanda untuk dikenali-Nya
Rancangan Khotbah
Tema
:
* Bermurah Hati tetapi tegas
1. Arti bermurah hati
2. Tegas mengambil keputusan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar