Selasa, 12 Maret 2019

Matius 22:1-14 Studi Naratif 3


By  Fergie Lourency Baweleng (050538)
 “Matius 22 : 1 – 14”
“PERUMPAMAAN TENTANG PERJAMUAN KAWIN”
Pendahuluan
            Yesus kembali berbicara hal Kerajaan (Sorga) dalam bentuk perumpamaan pada pasal 22:1-14 (perjamuan kawin); di mana sebelumnya Ia juga menjelaskan tentang hal Kerajaan (Allah) dalam pasal 21 (lih.ayat 43). Perumpamaan ini menarik karena terdapat juga dalam Lukas 14:15-24 dan Injil Thomas - 64. Khususnya Matius menuliskan bahwa ‘banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih’. Menjadi sebuah ungkapan yang sulit tapi tetap menarik untuk dipelajari melalui paper ini.
 Relasi Intratektual
                Dalam Perjanjian Baru, perumpamaan tentang Perjamuan Kawin ini (Matius 22:1-14) terdapat juga dalam Lukas 14:15-24. Secara umum perumpamaan perjamuan kawin dalam Matius dan Lukas memiliki kesamaan dalam struktur komposisi. Yaitu ada pembukaan perumpamaan, narasi perumpamaan dan juga penjelasan perumpamaan. Perbedaannya, pembukaan perumpamaan ini dalam Lukas sebenarnya  diawali dengan dialog yang sudah ada pada ayat-ayat sebelumnya yaitu tentang siapa yang di-undang ( dituliskan Lukas secara eksplisit). Sedangkan dalam Matius perumpamaan baru dimulai pada 22:1. Juga dalam Matius terlihat jelas e Basilea ton uranon sebagai inti perumpamaan diletakkan Matius pada pembukaan perumpamaan. Di dalam Lukas frasa ini tidak muncul (hanya muncul frasa basilea tu Theo). Dalam relasi intratekstual ini nampak ada relasi tematis (Yesus masih berbicara tentang perumpamaan – khusus ‘e basilea tou Theo) dan kronologi  (Matius 22:1 dan 21:46. Ini ditandai dengan frasa kai). Kemudian dalam 22:14 dan 22:15 nampak juga ada relasi kronologi – ditandai dengan frasa tote pada 22:15.     
Desain Literer

Perumpamaan perjamuan kawin dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
(i) 22 : 1              Pembukaan perumpamaan
(ii) 22 : 2-13       Narasi perumpamaan
(iii) 22 : 14          Penjelasan tujuan perumpamaan
Bagian pertama berisi tentang perkataan Yesus melalui perumpamaan yang disampaikan kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (21:45). Pada bagian ini mau menekankan aspek-aspek tertentu untuk mendorong pendengarnya untuk bisa mengetahui hal kerajaan Allah.
Pada bagian kedua menceritakan raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh raja, yaitu mengundang orang-orang, menyuruh membinasakan pembunuh-pembunuh, mengundang orang di persimpangan jalan dan mengusir orang yang tidak berpakaian pesta. Pada segmen ini terdapat kesejajaran teks (22:3-10), yaitu
A          Karakter: Raja
               B                   Perintah: mengundang orang-orang
                  C                           Respon: tidak datang
A          Karakter: Raja
   B                   Perintah: mengundang orang-orang di persimpangan jalan
      C                            Respon: datang
Jika kita melihat kesejajaran teks di atas, maka faktor raja tidak berubah. Melalui hal ini dapat dikatakan bahwa yang menjadi fokus adalah raja.
Bagian ketiga ini merupakan penjelasan mengenai perumpamaan. Pada ayat 14 ada perubahan suasana yaitu suasana perumpamaan perjamuan kawin berganti menjadi suasana banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih. Artinya perubahan suasana disini langsung menunjuk pada siapa yang dipilih dan siapa yang tidak dipilih.
Latar (Setting)
Perumpamaan ini disampaikan di Bait Allah (21:23) di Yerusalem. Yang menjadi pendengarnya waktu itu adalah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (22:45). Perumpamaan yang mirip dengan perumpamaan ini terdapat dalam Iinjil Lukas 14:15-24. Pada perumpamaan di dalam Matius 22:1-14, Yesus menyampaikannya secara lisan di Bait Allah (21:23) kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Sedangkan di dalam Lukas 14:15-24, Yesus menyampaikan perumpamaan ini di rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi (Luk 14:1). Menurut Keneer dalam perumpamaan ini unsur budaya yang berkembang yaitu suami harus menghormati istrinya dan bagaimana wanita-wanita harus hidup dalam komunitas bersama. Namun Josephus memandang bahwa wanita-wanita sebagai inferior di dalam karakter moral sehingga hukum menentukan otoritas suami dan istri harus tunduk pada suami demi kebaikan. Sehingga dengan pemikiran ini Josephus percaya bahwa Allah menghukum Adam dan Herodes karena mereka bersikap lemah dalam memperhatikan istri mereka. Ada juga kultur klasik Atenian mengenai pingitan terhadap wanita-wanita kepada lapisan yang domestik meskipun hal ini tidak pernah terealisasi secara penuh, hal ini bermaksud untuk mempertahankan kesetian seorang istri artinya sedikit membatasi (22–24, lih. Dictionary).
Latar dalam perumpamaan meliputi raja, hamba-hamba (7-8), orang yang di undang yang terdiri dari undangan pertama (4-5), undang yang kedua (9-10). Dan ada yang datang dengan tidak berpakaian pesta (11). Pada perumpamaan ini menurut Keener, kemarahan raja kepada tamu yang datang yang tidak berpakaian pesta (ayat 11) beralasan karena tradisi Palestina pada waktu itu ketika pesta diadakan raja sudah menyediakan pesta pakaian yang harus dipakai di depan pintu ruangan pelaksanaan untuk menghormati pesta yang diadakan oleh raja. Jadi ketika raja menyuruh untuk mencampakkan seorang yang tidak berpakaian pesta bukan karena ia miskin, tapi karena ia tidak mengenakan pakaian pesta yang sudah disiapkan. Itu artinya ia tidak menghormati perjamuan kawin tersebut.  Istilah “perjamuan” disini mengacu kepada makanan. Dalam perumpamaan ini raja harus mengundang para tamu lain yaitu para undangan yang kedua dengan rendah hati. Pada perumpamaan ini menurut Jeremias raja di sini memperkenalkan prinsip berbuat baik dan juga raja memberi penekanan bahwa perlunya pertobatan agar tidak mendapat penghukuman yang menyangkut penghancuran kota Yerusalem.
Pada perumpmaan ini “perampasan” (22:6)  digunakan juga dalam Yohanes 14:3 yang menyangkut apa yang ingin  penguasa lakukan terhadap Yesus (21:46) yaitu kekerasan. Ini sama halnya bagaimana tamu yang diundang melakukan perlawanan terhadap raja, yaitu tidak menghormati (ayat 7) sehingga ada yang mengira bahwa seorang raja akan terlibat dalam suatu ekspedisi militer. Makanan yang sudah menjadi dingin dan tidak ada yang mau datang membuat kemarahan bagi raja. Di dalam perumpamaan-perumpamaan yang berkenaan dengan ajaran nabi kiasan-kiasan miiter paling sering melukiskan Allah seperti raja dan militer.
Karakter dan pokok ajaran
~ Raja (2, 7, 11, 13)
Ayat 2    =  Mengadakan perjamuan kawin
Ayat 7    = Raja murka dan menyuruh pasukannya untuk membinasakan pembunuh-pembunuh.
Ayat 11  = Raja bertemu dengan para tamu dan melihat seorang yang tidak berpakaian pesta
Ayat 13  = Menyuruh hambanya untuk mengikat kaki dan tangannya dan mencampakkannya.
~ Hamba (3, 4, 6, 8, 10, 13)
Ayat 3   =  Memanggil hamba-hamba ke perjamuan kawin
Ayat 4   =  Memberitahukan kepada hamba-hamba bahwa semua telah tersedia
Ayat 6   =  Mereka menyiksa dan membunuh
Ayat 8   =  Perjamuan kawin telah tersedia
Ayat 10 =  Menghadiri perjamuan kawin
Ayat 13 =  Mencapakkan orang yang tidak berpakaian
~ Orang yang di undang (5)
   Ayat 5   =  Menghiraukan dan terus bekerja
~ Orang yang tidak berpakaian pesta (12)
  Ayat 12 =  Berbicara kepada orang tidak berpakaian pesta
Beberapa pandangan tokoh mengenai perumpamaan Matius 22:1-14 :
  1. Hugner
Dalam perumpamaan ini Hugner memfokuskan perumpamaan ini dengan melihat pada penolakan orang yang diundang (baik yang datang ke pesta atupun orang yang menolak untuk datang kepesta). Dalam perumpamaan ini yang mengalami penolakan undangan yaitu para pemimpin-pemimpin Israel atau tidak hanya orang-orang Isarel tetapi juga  orang-orang bukan Israel.
  1. Bruner
Bruner dalam perumpamaan ini ia menafsirkan ada 2 hal yaitu :
1.       Kepada tamu-tamu atau orang-orang yang diundang namun menolak undangan raja, yang kemudian kotanya dibakar itu di gambarkan sebagai penghakiman akhir sejarah awal kegagalan Israel.
2.       Dan juga menekankan pada orang yang tidak mengenakan pakaian pesta yang digambarkan sebagai penghakiman sejarah akhir dari  gereja.

  1. Keener
Perumpamaan ini menunjukkan tanda atau bukti adanya janji tentang era Mesianis; dan dalam naratif Injil, Yesus akhirnya siap unveil identitas-Nya di minggu terakhir hidup-Nya. Keener berfokus pada para undangan dan melihat penolakan orang-orang yang diundangan Raja untuk datang ke pesta dan itu membuat hati Raja sedih dengan tujuan mereka untuk menghina Raja. Mengatahui  hal itu Raja menjadi marah karena mereka yang diundang tidak mau datang sehingga Raja murka dan memutuskan untuk menghukum semua mereka yang telah menolak undangan Raja. Keener juga mengatakan bahwa hal ini seharusnya ada dalam hidup hamba Tuhan yang memiliki rendah hati bukan kesombongan.dan baik jika ada sikap rendah hati dalam kerejaan dengan melihat pelayanan dari Yesus. 

  1. Davies Elison
Davies berfokus pada orang tidak mengenakan pakaian pesta artinya yaitu secara keseluruhan  dalam kehidupan bergereja akan terjadi suatu penghakiman dari Tuhan dan keberadaan gereja secara universal dimana Tuhan dan  penghakiman yang diadakan tidak untuk semua tetapi hanyalah untuk orang yang dipilih saja.
  1. Hultgren
Perumpamaan ini merupakan perumpamaan tentang kerajaan. Perumpamaan ini mengilustrasikan dua hal yaitu penghakiman dan anugerah. Walaupun diilustrasikan secara alegoris namun pesannya adalah Allah ingin agar orang percaya ada dalam persekutuan dengan-Nya hingga kekal.

  1. Blomberg
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang orang banyak yang berbeda, di mana ada yang menolak-Nya dan ada yang menerima-Nya. Konsekwensinya akan diterima pada penghakiman terakhir. Dalam hal lain Matius secara konsisten menuliskan seting Bait Allah sebagai tempat pengajaran Yesus di minggu terakhir hidup-Nya.

  1. Jeremias
Perumpamaan ini membawa pesan eskatologis dalam karakter; tapi bukan alegoris; perumpamaan ini terdapat perhatian pada penghakiman terakhir dalam Kerajaan Allah. Dan penghakiman ini belum terjadi, sehingga pesan ini ditegaskan kembali kepada orang percaya. Karena yang tidak percaya tidak mungkin tau dan melihat kerajaan Allah. Atau era Mesias dan Mesias tidak mungkin mereka kenal. Sebab era Mesias dan Mesias hanya bisa dilihat dengan mata iman.

Konsep Teologi
Dalam perumpamaan tentangan perjamuan kawin ada beberapa karakter yang dapat kita lihat seperti yang telah di uraiakan diatas.  Ini merupakan tuntutan untuk kita untuk melakukan sesuatu hal untuk berbuat baik (bermurah hati dan tegas). Dengan mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Ada beberapa pelajaran dari perumpamaan itu boleh  kita ambil yaitu :
1.    Dari keluwesan dan kekejaman tuan, kita mempelajari bahwa Allah dengan murah  hati dan secara konsisten mengundang bermacam-macam orang ke dalam kerajaannya tetapi bahwa   satu hari akan datang ketika undangan itu dibatalkan dan itu sudah terlambat untuk menanggapi.
2.   Dari alasan dari pertama kelompok para tamu mengait prinsip bahwa semua alasan untuk  undangan penolakan Allah.
3.  Dari ketakberdayaan dari yang kedua kelompok para tamu mengikuti pengajaran bahwa  kemurahan hati Allah tidak dirintangi oleh penolakan  "penetapan," karena ia meluas undangannya bahkan kepada yang disingkirkan dari dunia ini.
Dengan demikian kita sebagai umat Tuhan haruslah tetap setia dalam mematuhi perintah Tuhan, tetap teguh dalam panggilan kita.




Efek Perumpamaan

Efek perumpamaan ini terdiri dari :
1.       Pendengar pertama :
Pendengar pertama perumpamaan perjamuan kawin ini adalah orang-orang Farisi, imam-imam kepala, tua-tua Yahudi (21:45;21:23;21:15), orang banyak (21:46), dan secara implicit murid-murid juga kemungkinan mendengar perumpamaan ini (lih. 21:1 –murid-murid masih bersama Yesus). Namun di sini Matius secara eksplisit hanya menunjukkan reaksi dari orang-orang Farisi yaitu pada 22:15-16. Yaitu mereka pergi, berunding untuk membunuh Yesus, serta menyuruh murid-murid mereka untuk mencobai Yesus dengan pertanyaan tentang hal membayar pajak kepada Kaisar.

2.       Pembaca Pertama :
Pembaca pertama adalah jemaat-jemaat asuhan Matius. Mereka kemungkinan masih berada dalam situasi ketegangan antara Kristen dan Yahudi, terutama mengenai masalah pemahaman iman kepada Kristus (masalah teologis). Ini terjadi pada masa kehancuran Yerusalem tahun 70 M (Craig S.Keener….buat catatan kaki e) Dalam situasi ini Matius tidak ragu untuk menyatakan bahwa dari sekian banyak jemaat atau orang yang dipanggil, tidak semuanya dipilih oleh-Nya. Ini adalah sebuah tantangan tetapi juga sekaligus penghiburan kepada mereka yang tetap teguh berpegang kepada perintah-perintah Allah, terutama tetap menumbuhkan iman mereka kepada Kristus.

3.       Pembaca Kontemporer :
Bagi pembaca kontemporer, hal Kerajaan Allah seringkali dipahami tanpa kesungguhan, karena situasi dunia saat ini yang penuh dengan konflik dan krisis. Orang sekarang mulai, bahkan sudah melupakan undangan Allah. Atau sudah datang kepada Allah tapi sebagai formalitas semata. Sehingga konsekwensi yang diterima adalah ia tidak dipilih. Contoh praktis, ketika ada begitu banyak masalah, orang berbondong-bondong datang kepada Allah (dengan alasan dipanggil Allah) dengan tujuan kepentingan. Tidak dengan ketulusan datang untuk menyembah dan bersekutu dengan Allah. Mereka tidak mengenakan gaun pesta sehingga dikenal oleh Tuan pesta. Sehingga akhirnya mereka dicampakkan. Oleh karena itu datanglah kepada Allah atas undangan-Nya, tetapi jangan lupa mengenakan Firman-Nya sebagai tanda untuk dikenali-Nya   

Rancangan Khotbah

Tema :
* Bermurah Hati tetapi tegas
1.  Arti bermurah hati
2.  Tegas mengambil keputusan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar