By Fergie Lourency Baweleng
“Matius 22 :
1 – 14”
“PERUMPAMAAN TENTANG PERJAMUAN KAWIN”
v Desain Literer
Perumpamaan
perjamuan kawin dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
(i) 22 : 1 Pembukaan perumpamaan
(ii) 22 : 2-13 Narasi perumpamaan
(iii) 22 : 14 Penjelasan
perumpamaan
Bagian
pertama berisi tentang perkataan Yesus melalui perumpamaan yang disampaikan
kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (21:45). Pada bagian ini mau
menekankan aspek-aspek tertentu untuk mendorong pendengarnya untuk bisa
mengetahui hal kerajaan Allah.
Pada
bagian kedua menceritakan raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya.
Ada beberapa hal yang dilakukan oleh raja, yaitu mengundang orang-orang,
menyuruh membinasakan pembunuh-pembunuh, mengundang orang di persimpangan jalan
dan mengusir orang yang tidak berpakaian pesta. Pada segmen ini terdapat
kesejajaran teks (22:3-10), yaitu
A Karakter:
Raja
B Perintah:
mengundang orang-orang
C Respon:
tidak datang
A Karakter:
Raja
B Perintah:
mengundang orang-orang di persimpangan jalan
C Respon:
datang
Jika kita melihat kesejajaran teks di
atas, maka faktor raja tidak berubah. Melalui hal ini dapat dikatakan bahwa
yang menjadi fokus adalah raja.
Bagian ketiga
ini merupakan penjelasan mengenai perumpamaan. Pada ayat 14 ada perubahan
suasana yaitu suasana perumpamaan perjamuan kawin berganti menjadi suasana
banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih. Artinya perubahan suasana
disini langsung menunjuk pada siapa yang dipilih dan siapa yang tidak dipilih.
v Latar (Setting)
Perumpamaan
ini disampaikan di Bait Allah (21:23) di Yerusalem. Yang menjadi pendengarnya
waktu itu adalah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (22:45). Perumpamaan
yang mirip dengan perumpamaan ini terdapat dalam Iinjil Lukas 14:15-24. Pada
perumpamaan di dalam Matius 22:1-14, Yesus menyampaikannya secara lisan di Bait
Allah (21:23) kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Sedangkan di
dalam Lukas 14:15-24, Yesus menyampaikan perumpamaan ini di rumah salah seorang
pemimpin orang-orang Farisi (Luk 14:1). Menurut Keneer dalam perumpamaan ini
unsur budaya yang berkembang yaitu suami harus menghormati istrinya dan
bagaimana wanita-wanita harus hidup dalam komunitas bersama. Namun Josephus
memandang bahwa wanita-wanita sebagai inferior di dalam karakter moral sehingga
hukum menentukan otoritas suami dan istri harus tunduk pada suami demi
kebaikan. Sehingga dengan pemikiran ini Josephus percaya bahwa Allah menghukum
Adam dan Herodes karena mereka bersikap lemah dalam memperhatikan istri mereka.
Ada juga kultur klasik Atenian mengenai pingitan terhadap wanita-wanita kepada
lapisan yang domestik meskipun hal ini tidak pernah terealisasi secara penuh,
hal ini bermaksud untuk mempertahankan kesetian seorang istri artinya sedikit
membatasi (22–24, lih. Dictionary).
Latar
dalam perumpamaan meliputi raja, hamba-hamba (7-8), orang yang di undang yang
terdiri dari undangan pertama (4-5), undang yang kedua (9-10). Dan ada yang
datang dengan tidak berpakaian pesta (11). Pada perumpamaan ini menurut Keener,
kemarahan raja kepada tamu yang datang yang tidak berpakaian pesta (ayat 11)
beralasan karena tradisi Palestina pada waktu itu ketika pesta diadakan raja
sudah menyediakan pesta pakaian yang harus dipakai di depan pintu ruangan
pelaksanaan untuk menghormati pesta yang diadakan oleh raja. Jadi ketika raja
menyuruh untuk mencampakkan seorang yang tidak berpakaian pesta bukan karena ia
miskin, tapi karena ia tidak mengenakan pakaian pesta yang sudah disiapkan. Itu
artinya ia tidak menghormati perjamuan kawin tersebut. Istilah “perjamuan” disini mengacu kepada
makanan. Dalam perumpamaan ini raja harus mengundang para tamu lain yaitu para
undangan yang kedua dengan rendah hati. Pada perumpamaan ini menurut Jeremias
raja di sini memperkenalkan prinsip berbuat baik dan juga raja memberi
penekanan bahwa perlunya pertobatan agar tidak mendapat penghukuman yang
menyangkut penghancuran kota Yerusalem.
Pada
perumpmaan ini “perampasan” (22:6)
digunakan juga dalam Yohanes 14:3 yang menyangkut apa yang ingin penguasa lakukan terhadap Yesus (21:46) yaitu
kekerasan. Ini sama halnya bagaimana tamu yang diundang melakukan perlawanan
terhadap raja, yaitu tidak menghormati (ayat 7) sehingga ada yang mengira bahwa
seorang raja akan terlibat dalam suatu ekspedisi militer. Makanan yang sudah
menjadi dingin dan tidak ada yang mau datang membuat kemarahan bagi raja. Di
dalam perumpamaan-perumpamaan yang berkenaan dengan ajaran nabi kiasan-kiasan
miiter paling sering melukiskan Allah seperti raja dan militer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar