Selasa, 12 Maret 2019

Matius 22:1-14 Studi Naratif 2


By Fergie Lourency Baweleng
 “Matius 22 : 1 – 14”
“PERUMPAMAAN TENTANG PERJAMUAN KAWIN”
v  Desain Literer
Perumpamaan perjamuan kawin dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
(i) 22 : 1                       Pembukaan perumpamaan
(ii) 22 : 2-13                 Narasi perumpamaan
(iii) 22 : 14                    Penjelasan perumpamaan
                        Bagian pertama berisi tentang perkataan Yesus melalui perumpamaan yang disampaikan kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (21:45). Pada bagian ini mau menekankan aspek-aspek tertentu untuk mendorong pendengarnya untuk bisa mengetahui hal kerajaan Allah.
Pada bagian kedua menceritakan raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh raja, yaitu mengundang orang-orang, menyuruh membinasakan pembunuh-pembunuh, mengundang orang di persimpangan jalan dan mengusir orang yang tidak berpakaian pesta. Pada segmen ini terdapat kesejajaran teks (22:3-10), yaitu
A          Karakter: Raja
               B                   Perintah: mengundang orang-orang
                  C                           Respon: tidak datang
A          Karakter: Raja
   B                   Perintah: mengundang orang-orang di persimpangan jalan
      C                            Respon: datang
Jika kita melihat kesejajaran teks di atas, maka faktor raja tidak berubah. Melalui hal ini dapat dikatakan bahwa yang menjadi fokus adalah raja.
            Bagian ketiga ini merupakan penjelasan mengenai perumpamaan. Pada ayat 14 ada perubahan suasana yaitu suasana perumpamaan perjamuan kawin berganti menjadi suasana banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih. Artinya perubahan suasana disini langsung menunjuk pada siapa yang dipilih dan siapa yang tidak dipilih.


v  Latar (Setting)
Perumpamaan ini disampaikan di Bait Allah (21:23) di Yerusalem. Yang menjadi pendengarnya waktu itu adalah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (22:45). Perumpamaan yang mirip dengan perumpamaan ini terdapat dalam Iinjil Lukas 14:15-24. Pada perumpamaan di dalam Matius 22:1-14, Yesus menyampaikannya secara lisan di Bait Allah (21:23) kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Sedangkan di dalam Lukas 14:15-24, Yesus menyampaikan perumpamaan ini di rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi (Luk 14:1). Menurut Keneer dalam perumpamaan ini unsur budaya yang berkembang yaitu suami harus menghormati istrinya dan bagaimana wanita-wanita harus hidup dalam komunitas bersama. Namun Josephus memandang bahwa wanita-wanita sebagai inferior di dalam karakter moral sehingga hukum menentukan otoritas suami dan istri harus tunduk pada suami demi kebaikan. Sehingga dengan pemikiran ini Josephus percaya bahwa Allah menghukum Adam dan Herodes karena mereka bersikap lemah dalam memperhatikan istri mereka. Ada juga kultur klasik Atenian mengenai pingitan terhadap wanita-wanita kepada lapisan yang domestik meskipun hal ini tidak pernah terealisasi secara penuh, hal ini bermaksud untuk mempertahankan kesetian seorang istri artinya sedikit membatasi (22–24, lih. Dictionary).
Latar dalam perumpamaan meliputi raja, hamba-hamba (7-8), orang yang di undang yang terdiri dari undangan pertama (4-5), undang yang kedua (9-10). Dan ada yang datang dengan tidak berpakaian pesta (11). Pada perumpamaan ini menurut Keener, kemarahan raja kepada tamu yang datang yang tidak berpakaian pesta (ayat 11) beralasan karena tradisi Palestina pada waktu itu ketika pesta diadakan raja sudah menyediakan pesta pakaian yang harus dipakai di depan pintu ruangan pelaksanaan untuk menghormati pesta yang diadakan oleh raja. Jadi ketika raja menyuruh untuk mencampakkan seorang yang tidak berpakaian pesta bukan karena ia miskin, tapi karena ia tidak mengenakan pakaian pesta yang sudah disiapkan. Itu artinya ia tidak menghormati perjamuan kawin tersebut.  Istilah “perjamuan” disini mengacu kepada makanan. Dalam perumpamaan ini raja harus mengundang para tamu lain yaitu para undangan yang kedua dengan rendah hati. Pada perumpamaan ini menurut Jeremias raja di sini memperkenalkan prinsip berbuat baik dan juga raja memberi penekanan bahwa perlunya pertobatan agar tidak mendapat penghukuman yang menyangkut penghancuran kota Yerusalem.
Pada perumpmaan ini “perampasan” (22:6)  digunakan juga dalam Yohanes 14:3 yang menyangkut apa yang ingin  penguasa lakukan terhadap Yesus (21:46) yaitu kekerasan. Ini sama halnya bagaimana tamu yang diundang melakukan perlawanan terhadap raja, yaitu tidak menghormati (ayat 7) sehingga ada yang mengira bahwa seorang raja akan terlibat dalam suatu ekspedisi militer. Makanan yang sudah menjadi dingin dan tidak ada yang mau datang membuat kemarahan bagi raja. Di dalam perumpamaan-perumpamaan yang berkenaan dengan ajaran nabi kiasan-kiasan miiter paling sering melukiskan Allah seperti raja dan militer.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar