Selasa, 12 Maret 2019

Matius 22:1-14 - Studi Naratif 1


By Fergie Lourency Baweleng (050538)

“ Matius 22 : 1 – 14”
               Perumpamaan Tentang Perjamuan Kawin
Karakter :
~ Raja (2, 7, 11, 13)
Ayat 2    =  Mengadakan perjamuan kawin
Ayat 7    = Raja murka dan menyuruh pasukannya untuk membinasakan pembunuh-pembunuh.
Ayat 11  = Raja bertemu dengan para tamu dan melihat seorang yang tidak berpakaian pesta
Ayat 13  = Menyuruh hambanya untuk mengikat kaki dan tangannya dan mencampakkannya.

~ Hamba (3, 4, 6, 8, 10, 13)
Ayat 3   =  Memanggil hamba-hamba ke perjamuan kawin
Ayat 4   =  Memberitahukan kepada hamba-hamba bahwa semua telah tersedia
Ayat 6   =  Mereka menyiksa dan membunuh
Ayat 8   =  Perjamuan kawin telah tersedia
Ayat 10 =  Menghadiri perjamuan kawin
Ayat 13 =  Mencapakkan orang yang tidak berpakaian

~ Orang yang di undang (5)
Ayat 5   =  Menghiraukan dan terus bekerja

~ Orang yang tidak berpakaian pesta (12)
Ayat 12 =  Berbicara kepada orang tidak berpakaian pesta

Tema :
* Bermurah Hati tetapi tegas

 Beberapa pandangan tokoh mengenai perumpamaan Matius 22:1-14 :
  1. Hugner, (Penolakan orang yang undangan)
Dalam perumpamaan ini Hugner memfokuskan perumpamaan ini dengan melihat pada penolakan orang yang diundang (baik yang datang ke pesta atupun orang yang menolak untuk datang kepesta). Dalam perumpamaan ini yang mengalami penolakan undangan yaitu para pemimpin-pemimpin Israel atau tidak hanya orang-orang Isarel tetapi juga  orang-orang bukan Israel.

  1. Bruner, (Orang yang menolak undangan Raja)
Bruner dalam perumpamaan ini ia menafsirkan ada 2 hal yaitu :
1.      Kepada tamu-tamu atau orang-orang yang diundang namun menolak undangan raja, yang kemudian kotanya dibakar itu di gambarkan sebagai penghakiman akhir sejarah awal kegagalan Israel.
2.      Dan juga menekankan pada orang yang tidak mengenakan pakaian pesta yang digambarkan sebagai penghakiman sejarah akhir dari  gereja.
  1. Keener, (Orang yang di undang)
Keener berfokus pada para undangan dan melihat penolakan orang-orang yang diundangan Raja untuk datang ke pesta dan itu membuat hati Raja sedih dengan tujuan mereka untuk menghina Raja. Mengatahui  hal itu Raja menjadi marah karena mereka yang diundang tidak mau datang sehingga Raja murka dan memutuskan untuk menghukum semua mereka yang telah menolak undangan Raja. Keener juga mengatakan bahwa hal ini seharusnya ada dalam hidup hamba Tuhan yang memiliki rendah hati bukan kesombongan.dan baik jika ada sikap rendah hati dalam kerejaan dengan melihat pelayanan dari Yesus. 

  1. Davies Elison, (hamba, undangan dan raja)
Davies berfokus pada orang tidak mengenakan pakaian pesta artinya yaitu secara keseluruhan  dalam kehidupan bergereja akan terjadi suatu penghakiman dari Tuhan dan keberadaan gereja secara universal dimana Tuhan dan  penghakiman yang diadakan tidak untuk semua tetapi hanyalah untuk orang yang dipilih saja.

  1. Hultgren, (Raja dan Hamba)
Matius 22 : 1-14 ini bersifat lambang dalam perumpamaan,  dan Allah mempunyai suatu keinginan untuk memanggil orang-orang dari segala jenis ke dalam kerajaan-Nya dan persekutuan yang kekal. Perumpamaan ini menggambarkan kedua-duanya yaitu penghakiman dan kasih karunia. Tetapi matius 22:1-14 mengingatkan pembaca dan pendengar yang di undang dalam perjamunan yang diterima dengan hati jujur dan bertujuan hanya berpesta dan bergembira dengan raja. Hultgren juga mengatakan bahwa matius lebih alegoris dari lukas sehingga menafsirkan bahwa raja tempat pesta dan hamba.dan juga dia memfokuskan pada Raja yang mengundang dan juga raja yang murka, Tempat pesta, hamba-hamba dan orang-orang yang diundang yang ditafsirkan sebagai imam kepala



  1. Blomberg, (Raja, Undangan, orang yang tidak berpakaian pesta)

Matius 22:1-14 sendiri sebagai suatu keseluruhan yang dipersatukan, strukturnya tidak membandingkan tamu orang fasik yang menolak untuk datang dengan mereka, yang baik yang menggantikan mereka. Seperti itu membandingkan penolakan misa kelompok pertama dengan penolakan tertentu orang yang datang tanpa pakaian yang benar. Dia menafsirkan perumpamaan  itu secara alegoris, hal itu dapat kita lihat dimana setiap unsur diberikan sebuah makna. Ia melihat dari beberapa karakter yaitu Pemberi perjamuan mewakili Allah, orang yang menolak panggilan itu, kedua kelompok para tamu yang datang, mereka yang menerima panggilan, makanan yang diartikan sebagai  suatu lambang untuk perayaan akhir zaman dan para hamba yang bersifat figuran. Dan dari semuanya itu ia lebih memfokuskan kepada Raja yang mengundang segala macam orang, Raja mengundang para tamunya tanpa melihat perbedaan artinya Raja mengundang tanpa bata tetapi harus mengenakan pakaian pesta sesuai dengan peraturan yang telah diterima.



  1. Jeremias, (orang yang tidak berpakaian pesta)
Jeremias memfokuskan atau lebih melihat pada orang yang diundang atau orang yang tidak mengenakan pakaian pesta,  oleh karena itu orang yang tidak mengenakan pakaian pesta akan mendapat hukuman karena telah mempermalukan Raja di pestanya, walaupun orang yang datang terlambat tetap mendapatkan hukuman dari Taja karena Raja telah menjadi murka ketika melihat orang yang di undang tidak mengenakan pakaian pesta.

Konsep Teologi
Dalam perumpamaan tentang perjamuan kawin ada beberapa karakter yang dapat kita lihat seperti yang telah di uraiakan diatas.  Ini merupakan tuntutan untuk kita untuk melakukan sesuatu hal untuk berbuat baik (bermurah hati dan tegas). Dengan mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Ada beberapa pelajaran dari perumpamaan itu boleh  kita ambil yaitu :
1.  Dari keluwesan dan kekejaman tuan, kita mempelajari bahwa Allah dengan murah  hati dan secara konsisten mengundang bermacam-macam orang ke dalam kerajaannya tetapi bahwa satu hari akan datang ketika undangan itu dibatalkan dan itu sudah terlambat untuk menanggapi.
2.  Dari alasan dari pertama kelompok para tamu mengait prinsip bahwa semua alasan untuk undangan penolakan Allah.
3.  Dari ketakberdayaan dari yang kedua kelompok para tamu mengikuti pengajaran bahwa kemurahan hati Allah tidak dirintangi oleh penolakan  "penetapan," karena ia meluas undangannya bahkan kepada yang disingkirkan dari dunia ini.
Dengan demikian kita sebagai umat Tuhan haruslah tetap setia dalam mematuhi perintah Tuhan, tetap teguh dalam panggilan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar