Senin, 11 Maret 2019

Teologi Perjanjian Lama

TEOLOGI PERJANJIAN LAMA

CATATAN TEOLOGI PL 1
By : Pdt. Barnabas Ludji D. Th

Tgl 25 Jan 2008
Istilah teologi biblika/teologi Alkitab sejak zaman reformasi Kristen protestan menekankan prinsip Sola Scriptura untuk menetang teologi skolastik dan tradisi kekuasaan gereja yang berlebihan. Prinsip inilah yang mendorong munculnya dan brkembangnya teologi biblika/teologi Alkitabiah. Istilah teologi Alkitabiah mempunyai 2 pengertiain yaitu:
1.      Berarti sebuiah teologi yang ajarannya bersumber pada Alkitab yang dasarnya adalah Alkitab.
2.      Bisa berarti teologi Alkitab adalah teologi yang terdapat dalam Alkitab itu sendiri.
            Dalam arti kedua teologi Alkitab mempunyai sejarah tersendiri. Pada awal tahun 1530-an muncul ahli yang mewakili gerakan reformasi radikal A.I  Oglaeth dan Andreas Vehcer, mereka memperkenalkan sebuah teologi yang mirip dengan apa yang kemudian dikenal sebagai teologi Biblika. 100 tahun kemudian baru muncul istilah teologi biblika melalui karya dari Wolfgang Jacob Christmann yang berjudul Theootsche Biblische Theologie ditulis tahun 1629. buku teologi ini tidak ditemukan lagi sehingga sifat disiplin teolegi yang paling awal hanya ditemukan dalam karya dari Hendricul A. Diest yang berjudul Theologia Biblika ditulis tahun1643. Theologi biblika ini terdiri dari ayat-ayat Alkitab yang dipakai sebagai bukti untuk mendukung sistem-sistem doktrin tradisonal dan golongan ortodoks protestan. Dengan demikian Theologi biblika ini mempunyai peranan dogmatis/teologi biblika bersifat dogmatis. Theologi semacam ini kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli yang mengikutinya A,I melalui karya dari seorang yang bernama Calovius dalam karyanya yang berjudul “Dicta Probatia”(ayat-ayat bukti). Sumbangan Calovius yang penting adalah bahwa teologi biblika adalah merupakan disiplin tambahan yang mendukung protestan ortodoks. Selain Calovius juga dikenal karya Sebastian Schmidt (1671) yang sifatnya sama dengan teologi dari Calovius, kemudian menyusul ahli lain yang bernama Johan Husmann (1679) juga muncul ahli yang bernama Christian Wersmann dll. Setelah itu muncul Pietisme jerman yang mengubah arah teologi biblika. Theologi biblika pietisme ini merupakan alat reaksi terhadap sifat teologi biblika gerakan ortodoks protestan, melalui gerakan pietisme inilah theologi biblika di pisahkan dari theologi sistematika/dogmatika. Karya-karya gerakan pietisme ini antara lain tampak dalam karya-karya Cart Haymann (1710) dan juga karya dari J.C Weidner (1722).

Zaman Pencerahan
            Pada zaman pencerahan terjadi dan berkembang suatu pendekatan Alkitab yang sama sekali lain. Hal ini sepertinya sudah barang kali kita sudah ketahui bahwa
1.   Penyebab utamanya terjadinya hal tersebut adalah reaksi nasionalisme terhadap Super Naturallisme.
2.   Penyebab kedua adalah berkembangnya suatu hermenetik barub yaitu metode penelitian historis yang masih bertahan juga samapai masa kini.
3..  Penyebab ketiga adalah penggunaaan kritik sastra terhadap Alkitab oleh A.I J.B Bitter dan J. Astruc.
                  Dengan dorongan pietisme dan rasionallisme muncullah karya dari Anton Fridrick Carl Buching yang untuk pertama kalinya teologi biblika menjadi saingan dari dogmatika. Karya-karya mereka diterbitkan pada tahun 1756-1758. langkah terpenting menuju pemisahan teologi biblika dari dogmatik tampak dalam karya Gottliq Traugott yang terbit dalam 4 jilid. Karyanya berusaha membangun suatu sistem pengajaran teologis berdasarkan hasil eksegese yang kritis dan teliti setiap kitab. Kitab-kitab dalam kitab mempunyai waktu juga mempunyai tempat dia ditulis dan juga mempunyai maksud tertentu. Namun, ia tetap mengakui bahwa Alkitab diilhamkan /diwahyukan. Menurut Gottliq ini penafsiran Alkitab secara historis dan pemahaman yang kanonik terhadap Alkitab tidak terbenturan karena itu kedua perjanjian memunyai hubungan timbal balik. Dalam perkembangan teologi biblika slanjutnya kita perlu mencatat karya Johan Philipp Gabler yang ditulis 1763-1786, dalam ceramahnya di universitas Adolf 30 maret 1787 ia mengatakan bahwa tahun ini sebagai tanggak awal peranan teologi biblika sebagai disiplin ilmu semata, sepenuhnya terlepas dari dogmatika. Ia menyimpulkan para penulis Alkitab tentang masalah-masalah ilahi. Sebaliknya dogmatika memiliki sifat mendidik, mengajar hasil penalaran filsofis teologi tertentu terhadap masalah-masalah ialhi sesuai dengan kemampuan. Waktu, usia, tempat aliran untuk hal-hal lainnya. Theologi Alkitab didasarkan pada 3 perkembangan yaitu:
1.      Ilham historis dihapuskan karena Roh Allah tidak menghancurkan kemampuan pribadi setiap orang Kudus untuk memahami wawasan ilmiah sesuatu hal.
2.      Theologi bibilika berfungsi mengumpulkan secara teliti berbagai pemikiran dan gagasan setiap penulis Alkitab karena karena Alkitab tidak berisi satu gagasan orang saja. Tugas ini dapat dilaksanakan dengan cara menerapkan metode penelitian historis secara konsisiten dengan bantuan  penelitian sastra atau enelitian filosofis.
3.      sebagai disilin ilmu sejarah theologi biblika harus membedakan antara beberaa periode (periode agama lama dam periode agama baru) tugas utamanya adalah menyelidiki gagasan-gagasan mana yang penting untuk doktrin kristen yaitu mana yang berlaku sekarang dan mana yang tidak. Pernyataan-peryantaan ni memberikan arah kepada theologi biblika baik PL dan Pb dikemudian hari.
            Fungsi theologi biblika yang secara ketat berkaitan dengan sejarah dicapai oleh Georg LourenzBauer yang adalah murid dari J.G Eichorn buku thelogi biblikanya berjudul “Theologi Des Atten Old Testament” terbit pada tahun 1796. ia adalah orang pertama yang memisahkan teologi biblika menjadi teologi PL dan teologii PB. Dalam menyusun theologi secara konsisten menggunkan metode penelitian sejarah yang didukung oleh penekanannya pada rasionalisme. Struktur teologinya masih dipengaruhi oleh struktur dogmatika yaitu theologi, Antropologi dan kristologi.


Tgl 08 Feb 2008
            Awal periode ini ditandai oleh karya dari C.H.R Caisar yang terdiri dari 3 jilid. Caisar adalah orang pertama yang menggunakan pendekatan teologi biblika dari sudut pandang sejarah agama-agama. Ia menempatkan aspek-aspek Alkitabiah dan non alkitabiah ia lebih rendah dari pada prinsip agama universal. De WT mereupakan seorang sarjana yang muncul pada awal dekade abad 19. Ia dan pengikut-pengikutnya merupakan pertama yang menjauhi rasionalisme. De WT adalah orang pertama yang memadukan teologi biblika dan sistem filsafat pendekatan D WT ditentang keras oleh Dece Of Corn dalam karyanya yang berjudul biblika teologi of Old Testament yang terbit tahun 1836. ia mempersembahkan teori alkitabiah historis yang menekankan teoprasi. Wilhem Vatke yang hiduip sekitar tahun 1806-1882 berusaha menggantikan teologi alkitabiah dari sejarah dengan teologi alkitabiah yang mengggunakan filsafat sebagai tesis yaitu agama alam. Ia menerbitkan buku yang berjudul “Die Biblische Theologie, Die Religion des alten Testament” terbit diBerlin tahun 1835 menyatakan bahwa sistem penyusunan bahan-bahan PL tidak boleh disajikan berdasarkan kategori-kategori yang diambil dari Alkitab tetapi harus ditetapkan dari luar dan harus merumuskan dogama dengan pendekatan dari sudut sejarah agama. Pada abad pertengahan abad ke -19 muncul reaksi yang sangat menolak dan menetang pendekatan-pendekatan yang berusaha memadukan pendekatan historis moderat dengan menerima gagasan pernyataan ilahi. Hal ini tampak dalam karya yang berjudul “Christologi Of The Old Testament” yang ditulis sekitar tahun 1829-1835, buku ini ditulis oleh E.W. Heingstenberg dalam karaya ini memperlihatkan bahwa antara teologi PL dan teologi PB tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Pendekatan ini diperjelas melalui karya J.C.F Steudel (1840). Steudel menolak penelitian pemahaman sempit tentang pengilhaman yang hurufiah steudel menyusun teologi dengan skema Allah – Manusia – Keselamatan dan pada ini jelas diambil dari ilmu dogamatika. GF Ochler dalam bukunya yang berjudul Theologi Of The Old Testemant merupakan reaksi terhadap gaya pengikut Marcion yang memandang rendah PL tetapi juga merupakan reaksi terhadap usaha penyeragaman terhadap PL dan PB walaupun ia mengakui adanya kesatuan antara kedua testament, ia pun menerima pemisahan antara teologi PL dan teologi PB. Namun, menurut teologi PL hanya dapat berfungsi secara benar dalam konteks kanonik yang lebih luas. Menurut Ochler metode yang tepat bagi teologi biblika ialah pendekatan dari sejarah awal pertumbuhan yang didasarkan kepada sejarah tata bahasa yang dilihat dari bahasa yang dipakai. Bagian penting dari reaksi golongan konserfasif ialah muncul dari aliran yang disebut aliran sejarah keselamatan yang dipelopori oleh JCH Konrad Fond Hafmann (1810-1877). Aliran ini mendasarkan teori sejarah keselamatannya pada :
1. Sejarah umat Allah sebagaimana ditemukan dalam Alkitab
2. Pemahaman tentang pengilhaman Alkitab
3. Didasarkan pada sejarah umat manusia dan Allah dalam hubungan dengan Yesus Kristus.
            Fond Hofmann pada sejarah umat manusia bahwa sejarah keselamatan tercatat dalam Alkitab secara langsung. Alkitab memberitakan Allah trinitas yang mempunyai rencana untuk menebus umat manusia dari dosa. Karena itu menurutnya PL berisi tentang proklamasi sejarah penyelamatan, teologi PL berisi sejarah keselamatan setiap kitab dalam PL harus berisikan tempat yang logis dalam skema sejarah keselamatan. Pengaruh aliran keselamatan ini terhadap perkembangan teologi Pl dan Pb masih terasa samapai sekarang. 
            Perkembangan selanjutnya teologi PL ditandai dengan munculnya pendekatan teologi PL dari sudut sejarah agama-agama (Religion Geschichte). Perkembangan ini ditandai oleh terbitnya karaya J. Willhousen yang berjudul “Prolegonema To The Historis Of  Israel”. Masa hidup housen (1884 - 1918), selama 4 dekade pendekatan sejara agama-agama ini telah mengaburkan teologi dan pemahaman teologi PL. Era baru terhadap teologi PL muncul mulai tahun 1922, era ini mulai terjadi oleh terbitnya sebuah buku yang berjudul “Theologie Hesalten Testemant” karangan dari E. Konig, ia menolak evolusi agama PL yang dipelopori oleh Willhousen dan menghidupkan metode penafsiran yang berdasarkan sejarah tata bahasa. Namun teologi PL Konig sebenarnya merupakan cangkokan karena Konig mengkombinasikan sejarah perkembangan sejarah agama Israel dengan sejarah faktor-faktor teologi tertentu dari PL. Zaman keemasan dari teologi PL dimulai sekitar tahun 1930 – an karya teologi biblika yang penting dari tahun 1930 – an itu berasal dari Sellin yang ditulis dari tahun 1933, bersama dengan Kholer, Sellin tahun 1936 menyusun teologi PL dengan susunan Allah  - Manusia – dan Keselamatan.
            Selanjutnya muncul sebuah karya besar dari Walter dengan 2 jilid yang berjudul “The Theologi Of The Old Testament” (1933 - 1939) dengan menggunakan metode pendekatan yang berdasarkan tema teologi tertentu. Karya Walter ini menyatakan karya Teologi PL yang sampai sekarang diterima sebagai suatu karya besar dan memberikan sumbangan yang besar dari penelitian teologi PL. Pada masa yang sama W. Vischer menerbitkan bukunya jilid 1 yang berjudul “The Wittness Old Testament To Christ (1934)”. Teologi penting lainnya yang hidup pada masa ini ialah H. Wheeler Robinson yang berjudul “Inspiration In Legalision In The Old Testament”. Teologi lain yang tidak kalah pentingnya ialah George Fohrer yang berjudul “A Historis Of Religion” buku ini berbicara tentang perkembangan agama Israel. Ahli lain ialah Wolker Zhimerly yang salah satu  bukunya sudah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris yang berjudul “Old Testament Theologi In Outline” disamping itu ada buku lain yaitu karangan dari J. N. Schofield Introdution Old Testament Theologi”. 


Tgl 15.02.2008
            Karya Walter sangat terkenal dan memberikan sumbangan pikiran bagi teologi biblika, bukan hanya itu karya dari Walter ini tuangkan kedalam 2 buku yaitu “Theologi Of Testament” jilid 1 dan 2. karena ini merupakan pendekatan-pendekatan teologi sebelumny. Menurut  Walter pendekatan-pendekatan sebelumnya bukan tidak berguna, hasil-hasil yang dicapai oleh pendekatan-pendekatanyang dimaksud perlu dipertimbangkan namun dipihak lain ia berpendapat bahwa pendekatan-pendektan tersebut kurang memperhatikan hubungan yang esensial antara PL dan PB. Oleh karena itu, ia memperkenalkan cara pendekatan yang lain dengan maksud menyusun teologi PL dalam susunan satu kesatuan yang sekaligus memperhatikan hubungan yang esensial anatar  PL dan PB. Untuk mencapai tujuan itu ia berpendapat bahwa teologi PL harus bertolak dari satu tema tertentu yang resprentatif bagi pokok pikiranPL lainnya. Dengan cara ini walter mengharapkan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dengan susunan teologi yang sisitematis. Disamping itu,ia yang memungkinkan kita untuk menemukan satu kesatuan teologi yang konstans dalam PL walaupun selalu terjadi perubahan sejarah menurut walter pokok pikiran atau tema perjanjian merupakan pokok pikiran yang resperensif dan sekaligus menjadi titk tolak utama dalam menjelaskan teologi PL. Pemilihannya atas pokok perjanjian didasarkan pada pandangan bahwa hubungan Israel dengan Allah dari awal dan seterusnya adalah hubungan perjanjian akan tetapi hubungan perjanjian yang dimaksudkan tidak dalam pengertian doktrinal melainkan dalam pengertian suatu gambaran tentang belas kasihan Allah yang telah mengangkat Israel menjadi umatNya. Tindakan belas kasihan itu merupakan pengalaman Israel yang hidup dengan Allahnya yang dimulai pada suatu masa tertentu. Mengenai kapan dimulainya hubungan yang dimaksud, dijelaskan oleh walter sesuai dengan pemikran para penulis PL sendiri misalnya : para nabi mempunyai pandangan bahwa hubungan perjanjian itu berlangsung sejak pengeluaran dari mesir, sementara para imam berpendapat bahwa hubungan perjanjian itu berawal pada panggilan Abraham yang didasari / diawali oleh sumber penulisan Yahwis (Kej 12) dan sumber penulisan (kej 17), karena itu menurut penulis para imam sesudah pembuangan peristiwa Zina tidak lebh dari tindakan pembuangan perjanjian, sebenarnya Deutronomi juga merupakan tindakan pembaharuan perjanjian. teologi biblika walter yang berpusat pada perjanjian itu dibagi atas 3 bagian besar :
1. Hubungan Israel dengan Allah, dijelaskan dalam jilid 1
2. Hubungan Allah dengan dunia
3. Hubungan Allah dengan manusia, dijelaskan dalam jilid 2   
            Wakter mengawali penjelasannya dengan pokok hubungan perjanjian dalam ia menjelaskan pokok ini, ia menarik beberapa kesimpulan mengenai beberapa hal penting yang berhubungan dengan makna perjanjian :
1.  Penetapan perjanjian melalui masa secra khusus mengemukakan unsur yang sangat mendasar dalam keseluruhan pengalaman Israel dengan Allah yaitu menampakan Allah yang bersifat aktual, yang mengatakan bahwa Allah   menampakkan dirinya tidak melalui spekulasi pikran manusia bukan melalui pengajaran melainkan Allah menyatakan dirinya kepada umat melalui kehidupan yang nyata, pergaulan yang nyata, dn menyelamatkan umatNya menurut kehendakNya kepada umatNya.
2.  Penekanan yang kuat pada perjanjian ini telah membuat kehendak Allah menjadai jelas dan dapat dilihat serta dilakukan bukan hanya itu melelui perjanjian sebuah janji juga menjadi nyat  yaitu karena akan menjadi umatku, dan karena aku menjadi Allah mu. Dengan janji ini umat secara tepat dapat menempatkan dirinya dengan agama-agama sekitar Israel, dari sudut pandang inilah kita memahami hukum yang sederhana seperti dekalog dan kitab perjanjian (Kel 24) hukum-hukum itu berakar mendalam dalam konsep perjanjian.
3.     Isi kehendak Allah tersimpu dalam perjanjian dan membbuat manusia atau umat sadar  akan kedudukannya yang unik. Partisipasi umat dalam perjanjian Allah tampak dalam karakter umat yang tidak lagi didasarkan pada kesatuan suku melainkan tampak dalam kesatuan yang lebih kuat dicirikan oleh satu permohonan solidaritas yang kuat pula yaitu kehendak Allah . persekutuan umat dituturkan oleh penciptaan Allah yang historis karena itu kepatenan manusia dalam perjanjian tampak ketika mereka secara bersama-sama taat pada panggilan Allah yang digambarkan dalam hubungan Qahal dan Qedal (dikitab Tawarikh) yang artinya sebutan-sebuatn ini yang mungkin berasal dari sebutan-sebutan Yunani yaitu yang disebut dengan Ampiktioni umat yang tumbuh disekitar Allah yang menjadi sentarl adalah Allah dengan perkataan lain hubungan Qahal dan Qedal menunjuk pada suatu umat yang menjadi pada kesatuan dalam situasi mereka yang  dibelah Allah dalam persidangan ilahi dengn demikian istilah itu menunjuk pada suatu umat yang utama dalam perngtian sakral yang religius.
4.      Karena perjanjian Allah itu didasrkan pada peristiwa sejarah yang nyat maka kehendak Allah yang dnyatakan juga karena mengenai dengan kehidupan sosial umat tidak hanya dalam kehidupan ritual atau keagamaan. Pemikiran seperti ini tidak ditemukn dalam bangsa-bangsa agama sekitar, agama-agama bangsa sekitar tidak mengajrakan peristiwa sejarah historis.
               Lain halnya dengan pemahaman akan Allah perjanjian yang dipahami sebagai Allah yang hadir dalam perjanjian sejarah. Menciptakan sejarah, mengontrol sejarah, yang pada awalnya meliputi kehidupan umat secara rasional tetap juga kemudian dipahami oleh kehidupan seluruh bangsa pemahaman yang unniversal ini menurut walter tergambar dalam mitos-mitos atau cerita-cerita penciptaan. Pemahaman yang demikian jelas berakar mendalam pada peristiwa pembebasan mesir dan peristiwa pendudukan tanah perjanjian karena itu pemikiran-pemikiran tentang pemilihan dan perjanjian berhubungan dengan karya nyata Allah melalui peristiwa-peristiwa tersebut dengan demikian hukum yang diberikan Allah itu juga berakar pada peristiwa-peristiwa itu. 
5.      Atas dasar pemikiran ini hubungan antara agama dengan kepentingan nasional harus dijaga, jangan sampai kepentingan agama diidentitaskan dengan kepentingan nasional.
            Hal yang pertama ditolak dalam pemahaman ini adalah pengertian agama alam yang mengajarkan bahwa para ilah yang terlibat dalam hal menghukum penganutnyayang hanya terlibat dalam vanna kesalahan Pietus dan ketegangan. Agama Israel adalah agama pemilihan yang berarti pemilihan Allah telah membuatnya menolak agama alam karena itu walaupun upacara-upacara agama-agama dan kemudian mempengaruhi agama perjanjian tidak mungkin sifat esensial diri agama Israel itu berubah misalnya : upacara pemercikan darah atas altar dan juga atas pembawa korban bakaran yang dilakukan imam Israel (Kel 24:6,8) upacara ini bermaksud membaharui hidup umat dan persekutuan, upacara-upacara seperti ini sebenarnya beasal dari agama-agama Israel contoh lain misalnya perjamuan makan di bumi Allah (Kel 24:9-11, ini merupakan konsep perjanjian yang paling awal dan paling tua).

Tgl 22.02.2008
            Menurut agama alam atau kebaikan terletak pada pelaksanaan upacara secara abik dan teliti cermat. Karena itu upacara agama alam tidak berorentasi pada kehidupan moral sedangkan dalam agama Israel moral merupakan hal yang esensia. Upacara agama tidak bertujuan membangun kemurnian personal atau hubungan Allah dengan manusia secara pribadi arinya tidak membangun hubungan anatara pribadi dengan pribadi tetapi memberi tempat yang utama kepada ilah-ilah yang kagumi oleh penganut-penganutnya dan para ilah sendiri tidak menuntut moral dalam pemikiran atau pemahaman Israel perjanjian mengandung makna hubungan pribadi dengan Tuhan dan sekaligus menekankan hubungan antar pribadi-pribad. Karena itu, konsep umat perjanjian sangat bertentangan dengan pemahaman agama alam pemahaman dalam menghadapi bahaya distorsi hubungan yang legalistik. Hubungan yang legalistik dilihat sebagai usaha yang merendahkan relasi perjanjian. perjanjian itu didasarkan atas perjanjian Allah semata-mata dan hubungan perjanjian itu dibangun atas sejarah. Hal ini mengitkan manusia bahwa karakter perjanjian Sinaisam sekali berbeda dengan perjanjian yang dibuat olh manusia, perjanjian Allah dibangun atas kasih dan anugrahNya serta menekankan haknya untuk mengatur sesuatu menurut kehendakNya karena itu hukum-hukum perjanjian tidak bersifat legalistis walaupun ada hukum yang bersifat legal (Kel 22:1-27). Penerapan konsepsi perjanjian dalam menghadapi pengaruh dan tantangan dari agama-agama sekitar maka tampaknya ada usaha untuk menerapkan perjanjian dalam cerita awal seperti sejarah pada ilustrasi Israel, Abraham, dan Yakub dengan menerapkan pemahaman perjanjian kedalam kisah para leluhur maka pemulihan leluhur menjadi dasar bagi pemulihan seluruh bangsa Israel. Penerapan pemahaman perjanjian ini didasarkan atas pengalaman syarat dan integrasi seluruh bangsa Israel kedalam sejarah nasional dan dipahami sebagai karya Allah penerapan pemahaman perjanjian dalam sejarah perjanjian Israel juga membuka cakrawala baru bagi pemahaman Israel tentang dirinya yang bersifat kalturastik oleh karena itu dalam tradisi leluhur Israel kita juga menekankan pemahaman yang universal tentang karya Allah seperti yang nyata dalam tradisi leluhur dan demikian Allah dilihat sebagai Allah seluruh dunia dan seluruh umat manusia. Penerapan dan penafsiran yang hidup atau aktual terhadap mhubungan ini dilakukan oleh penulis-penulis
 Detronomis, keluarga para iman tetapi juga Yahwis. Sementara para nabi klasik menerapkan pemahaman perjanjian ketika mereka mengecam kepalsuan agama Israel (Hosea, Amos, Yesaya) anti nabi klasik nabi yang memiliki hutang pada masa reformasi raja Yosia dan selanjutnya hubungan prejanjian itu mendapat pemahaman yang baru pemahaman yang baru ini merupakan hasil aktualisasi hubungan perjanjian dengan konteks zaman itu, pada masa reformasi raja Yosia perjanjian Abraham dan perjanjian Sinai muncul sebagai 2 peristiwa ang saling berhubungan dengan menghubungkan abraham dan perjanjian Sinai maka perjanjian Sinai di mengerti sebagai pembahasan perjanjian atas perjanjian Abraham  dengan demikian perjanjian Sinai mendapat makna baru yaitu bahwa perjanjian Sinai itu menjadi perjanjian yang melibatkan seluruh bangsa Israel. Walter juga berbicara mengenai alam dan manusia. Gejala yang menakutkan seperti Sunami, banjir, tanah longsor, gelombang panas, dan lain sebagainya. Dilihat sebagai wujud yang tempat terhadap kehadiran Tuhan (Mzm 18:9, Yesaya 30:27) demikian pun pernyataan Allah melalui api.




Karl Barth
Allah

                                    Mengenal Allah hanya lewat Yesus kristus



Bruner
Allah

                                    Mengenal Allah bisa lewat alam dan Yesus Kristus,
Jadi, walaupun Yesus Kristus tidak lahir di dunia manusia dapat mengenal Allah melalu alam


Soedarmo
Allah

Mengenal Allah dengan samar-smar tidak jelas, manusia bisa mengenal Allah melalui Yesus Kristus dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa alam tidak ada (tidak punya peran).


            Pernyataan Allah melalui alam menjelaskan bahwa manusia tidak dapat mendekati Allah atau pun memandang semua itu adalah tanda kehadiran dan campur tangan Allah.   
Penampakkan Allah secara Antropomof

            Penampakkan Allah secara manusiawi merupakan pertanyaan tentang kedekatan Allah dengan manusia misalnya : Allah berjalan di taman eden, Allah adalah penjahit, dan lain sebagainya. Namun perlu dicatat bahwa kehadiran Allah dengan secara manusiawi tidak berarti bahwa kehidupan  Allah perna terjadi dalam bentuk manusia (Kel 7:1).  Penmpakkan Allah melalui Malak (utusan) pernyataan Allah juga terjadi melalui Malak Yahwe yang mungkin dianggap sebagai salah satu makhluk sorgawi dalam PL mereka dikenal sebagai utusan Tuhan, bahan-bahan PL tidak terlalu jelas menghiraukan atau menjelaskan hubungan malaikat dengan Allah. Ada bagian PL misalnya : Kej 16 menganggap Malak sebagai utusan Tuhan namun bagian ini tidak memperlihatkan perbedaan yang jelas sungai Yakub memperlihatkan bahwa tidak sama dengan Tuhan. Pada zaman kerajaan peranan Malak tidak nampak lagi sedangkan pada priode yang lebih kemudian hubungan antar Tuhan dengan Malak dapat dibedakan secara jelas Malak dilihat sebgai pesuruh Tuhan (Kel 16, Kej 31).https://youtu.be/518Gvhaoh20https://youtu.be/518Gvhaoh20
tafsiran  studi diskusi https://youtu.be/518Gvhaoh20 artikel khotbah rohani teologi perjanjian lama perjanjian baru kristen terbaru terlengkap hari ini word pdf 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar